SOLO, Metta NEWS – Puluhan orang tua murid memprotes penerapan tes swab acak yang dilakukan di sekolah. Selama pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Pemerintah Kota Solo menerapkan surveilans atau tes swab antigen acak pada beberapa sekolah secara acak.
Usai rakor penanganan Covid-19 Wakil Wali Kota Teguh Prakosa mengungkapkan banyak orang tua murid yang protes ke kepala sekolah hingga ke dinas pendidikan mengenai pemberlakuan tes swab acak di sekolah.
“Justru kalau orang tua sayang anaknya membiarkan anaknya dicek, biar tahu terpapar atau tidak. Tapi kalau menutup diri tiba-tiba serumah sakit semua ini yang saya tidak mau beresiko,” tegas Wawali Teguh.
Teguh mengungkapkan meskipun ada protes dari orang tua murid soal tes swab acak ini, pihaknya akan tetap melanjutkan surveilans pada sekolah-sekolah yang belum di tes.
“Akan ada survey lagi di beberapa sekolah yang belum, tidak perlu takut atau was-was karena ini demi kesehatan anak dan keluarganya,” tutur Teguh.
Teguh menjelaskan surveilans atau tes swab acak pada pelajar ini untuk memutus paparan virus dan menghentikan pandemi.
Sementara itu mengenai isolasi terpusat khusus untuk anak-anak yang terpapar Covid tanpa gejala, Teguh mengatakan hal tersebut masih terus didiskusikan dengan berbagai pertimbangan. Teguh menyebut anak-anak usia di bawah 15 tahun masih membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalankan kebiasaannya sehari-hari.
Sementara itu, pada rakor rutin penanganan Covid-19 Teguh mengungkapkan, Pemerintah Kota meminta pertimbangan dokter spesialis anak untuk menyusun aturan pembatasan demi keselamatan anak.
“Jadi kita minta pertimbangan dokter spesialis anak. Yang awalnya semua anak usia berapapun boleh mengunjungi tempat-tempat publik akan kita ubah. Dari saran ahli tersebut untuk anak usia 5 tahun kebawah sebaiknya jangan ke tempat keramaian dulu,” papar Wawali.
Dengan demikian, lanjut Teguh, nantinya akan memberikan sosialisasi dan mengingatkan para orang tua untuk tidak membawa anaknya yang berusia di bawah 5 tahun ke mal, tempat wisata ataupun tempat publik lainnya.
“Ya kita ingin menjaga ekonomi tetap berjalan tetapi jangan ada penambahan kasus covid yang kena justru anak-anak, yang sudah di mulai di Sekolah Dasar. Saya yakin itu nanti kalau ga kita pertimbangankan, itu nanti otomatis ke anak-anak usia sekolah. Klasternya akan pindah ke sekolah,” tegas Wawali Teguh.