Al-Qur’an Batik Berukuran Besar Lahir di Kampung Batik Laweyan

oleh
Alpha Febela, Al-Qur'an batik
Alpha Febela Priyatmono dan Al-Qur'an batik buatannya. | MettaNews/Ari Kristyono

SOLO, MettaNEWS – Religiusitas para juragan batik Laweyan Solo, cukup terkenal sepanjang zaman. Seolah ingin menegaskan itu, seorang dari mereka membuat karya Al-Qur’an batik berukuran besar, lengkap 30 juz.

“Proses pembuatannya 4 tahun ini. Sekarang sudah selesai, tapi masih ada proses pencermatan untuk mencegah adanya salah penulisan,” tutur Alpha Febela Priyatmono, pengusaha Batik Mahkota yang juga ketua paguyuban Kampung Batik Laweyan, awal Oktober 2023.

Alpha menunjukkan karya tersebut tersimpan di bagian inti rumah yang sekaligus menjadi showroom batik.

Baca juga: Media Dakwah dan Edukasi dalam Goresan Mushaf Al-Qur’an Kampung Batik Laweyan

Dia memaparkan, Al-Qur’an itu terdiri dari sekitar 400 lembar kain batik berukuran sekitar 1 x 1,25 meter. Terdiri dari bingkai ornament motif-motif batik dengan rangkaian surat-surat Al-Qur’an di tengahnya.

Alpha menjelaskan, selama 4 tahun itu dia mendapat bantuan tiga pembatik yang kebetulan penyandang disabilitas tuna rungu. Mereka bertugas membuat pola untuk bingkai.

“Satu orang lagi khusus untuk menuliskan huruf Arab, sengaja khusus satu orang agar corak penulisannya tetap,” imbuhnya.

Alpha mengaku belum tahu untuk apa Al-Qur’an batik karyanya itu nanti. Sejauh ini dia hanya mengikuti naluri religi, di mana sejak dulu

“Kalau saya membatik Al-Qur’an, itu kan sama saja menulis ulang. Dalam proses belajar, menulis itu lebih baik dari sekadar membaca,” tuturnya.

Kampung Batik Laweyan Menjadi Museum Kawasan

Selain itu, Alpha yang sudah lama menjadi penggerak di Kampung Batik Laweyan punya rencana jangka panjang. Dia ingin menjadikan Laweyan sebagai museum kawasan tentang batik.

Fakta bahwa Laweyan adalah kawasan unik yang sudah eksis sejak abad ke-13, lebih tua dari Keraton Surakarta. Ada beragam jejak sejarah di sana, mulai dari perniagaan tekstil, pergerakan kebangsaan, dan sebagainya.

Baca juga: Menengok Pembuatan Seni Kaligrafi Batik Al-Qur’an Karya Penyandang Tunarungu di Solo

Batik sudah mendapat pengakuan Unesco sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan nonbendawi pada tahun 2009.

“Kadang untuk bisa menunjukkan bahwa batik itu punya kita, butuh upaya yang lebih besar. Karena kadang, ada cerita tapi barangnya tidak ada. Itulah kenapa Laweyan nantinya harus menjadi museum kawasan tentang batik. Ruang pamernya adalah semua rumah di sini. Termasuk mungkin nanti Al Quran batik ini bisa menjadi salah satu representasi eksistensi Kampung Batik Laweyan,” tutupnya.