SOLO, Metta NEWS – Lewat 40 hari dari mangkatnya KGPAA Mangkunegara IX, siapa yang akan menjadi penerus memegang tahta Mangkunegaran masih menjadi teka teki. Belajar dari sejarah, jika dilihat dari silsilah pergantian Pemangku Mangkunegara mulai Mangkunegara II hingga Mangkunegara IX selalu berubah sesuai dengan situasi.
Pegiat sejarah dan budaya di Solo, Surojo mengatakan suksesi kepemimpinan di Mangkunegaran tidak mutlak harus putra mahkota atau harus anak kandung dari Mangkunegara sebelumnya.
“Dari pengalaman sejarah suksesi mulai Mangkunegara II ke III itu bukan anak kandung. Tetapi justru cucu dari Mangkunegara II, jadi anaknya Pangeran Notokusuma (menantu Mangkunegara II) yang diangkat sebagai Mangkunegara III,” papar Surojo.
Surojo menjelaskan, pertimbangan suksesi ini tidak serta merta harus anak atau putra mahkota tetapi dicarikan sosok pemangku adat atau pemangku kadipaten yang begitu kredibel.
Bahkan pada awal mula berdirinya kadipaten Mangkunegaran, Surojo melanjutkan berpedoman pada sejarah pengangkatan Mangkunegara harus melibatkan punggawa baku patang puluh (40).
“Sejarah harus menyebutkan punggawa baku 40 adalah pembantu Pangeran samber Nyawa melawan Belanda. Berjumlah 40 dan tersebar di berbagai daerah yang mempunyai basis kekuatan prajurit dan logistik yang luar biasa. Tanpa punggawa baku ini sulit rasanya Mangkunegara I mencapai kemenangan,” urai Surojo.
Dengan latar belakang sejarah tersebut, lanjut Surojo, maka ketika dalam penetapan Mangkunegara berikutnya peran punggawa baku juga terlibat.
“Karena keraton Kasunanan dan Mangkunegaran itu sebagai penjaga gawang dari adat dan budaya tradisi di Jawa. Kedua lembaga ini adalah kiblatnya tradisi budaya orang Jawa. Maka diperlukan seorang pemimpin yang betul-betul menjaga budaya, adat, dari kedua lembaga itu,” kata Surojo.
Surojo mengungkapkan, dari pengalaman sejarah suksesi mangkunegaran yang dilihat bukan karena dia anak dari Mangkunegara sebelumnya, tapi dilihat dari kapabilitas memimpin lembaga adat Pura Mangkunegaran.
“Mangkunegara II itu cucu Mangkunegara I, Mangkunegara III itu cucu Mangkunegara II, Mangkunegara IV itu sepupu Mangkunegara III, Mangkunegara VI itu adik Mangkunegara V, jadi tidak harus anak,” tandas Surojo.
Dengan sejarah adat seperti itu, Surojo berharap seyogyanya keluarga besar trah Mangkunegaran telah memikirkan dan menimbang untuk keputusan yang terbaik.
“Kondisi saat ini kita serahkan pada keluarga besar trah Mangkunegaran, karena ini merupakan pertaruhan besar dalam kelangsungan budaya Mangkunegaran, kelangsungan budaya di jawa.
Yang tahu persis adalah trah Mangkunegaran. Keluarga tidak akan gegabah dalam memilih Mengkunegara X ini. Yang jelas dari keluarga sudah punya calon. Yang penting bagi kita bahwa Mangkunegara yang terpilih nanti mampu menjaga adat dan budaya di Mangkunegaran,” tandas Surojo.