JAKARTA, MettaNEWS – Ketika mengawali masa tugas sebagai Panglima TNI, 2017, Marsekal Hadi Tjahjanto sempat mengungkapkan rumitnya masalah pertahanan di Indonesia. Namun, satu persatu masalah itu dia tangani dengan melakukan banyak perubahan besar.
“Coba, saat ini kita punya tetangga yang lagi cek cok. Semuanya punya rudal jarak jauh yang bisa membahayakan kita. Gimana cara menyikapinya?” demikian ujarnya dalam suatu wawancara di Jakarta.
Kemudian, luasnya wilayah Republik Indonesia. Jarak Sabang-Merauke sekitar 5.245 km. Jika ditempuh dengan pesawat tercepat yang dimiliki TNI, misalnya Sukhoi 30 yang kecepatan maksimalnya 2.120 km/jam, butuh waktu 2,5 jam. Itu pun tidak bisa langsung tanpa pengisian bahan bakar, karena jarak tempuh maksimal Sukhoi 30 hanya 3.000 km.
Buku Marsekal Hadi Tjahjanto, Merangkul Arus Perubahan yang diterbitkan Kompas Gramedia, bulan November ini, bukanlah catatan riwayat hidup sang Marsekal. Tentang riwayat hidup, sudah selesai ditulis pada buku sebelumnya, Anak Sersan Menjadi Panglima. Keduanya ditulis oleh Eddy Suprapto, jurnalis senior yang sahabat Hadi sejak masa SMA di Lawang, Jawa Timur.
Dengan tebal 273 halaman, buku ini merupakan catatan tentang apa saja yang dilakukan Hadi sebagai pemegang tongkat komando di TNI. Setidaknya ada dua bab, yakni Bab II tentang Langkah Besar Sang Marsekal dan di Bab III, Hadi Tjahjanto dan Tahun Bencana.
Di dua bab tersebut, Diuraikan bagaimana Hadi membenahi organisasi dan pembagian wilayah tugas. Lahirnya Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I – III yang diikuti dengan Kekuatan Komando Operasional Angkatan Udara I – III TNI AU dan Pangkalan Armada I – III TNI AL.
Hadi memaparkan, Panglima Kogabwilhan yang dijabat perwira tinggi bintang tiga, punya kewenangan menggerakkan kekuatan trimatra TNI untuk respons awal ancaman di wilayahnya.
“Tinggal mengisi dengan seimbang kekuatan pemukul. Untuk itu kita bentuk juga Kostrad Divisi 3, Pasmar 3. Ini masih proses, di Koopsau III misalnya, belum ada skuadron pesawat tempur yang berkemampuan sergap,” tutur Hadi.
Masih banyak lagi buah karya Hadi di TNI. Begitu banyak, sehingga siapa pun yang ingin memahami bagaimana TNI menjawab dan mengatasi tantangan zaman, perlu membaca buku ini.