SOLO, MettaNEWS – Kasus HIV Aids di Indonesia seperti fenomena gunung es. Termasuk di Kota Solo, tidak sedikit penderita HIV/AIDS menghilang tanpa jejak dan tidak diketahui keberadaannya.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Solo, Widy Srihanto menyampaikan, penderita HIV/AIDS di Solo menunjukkan peningkatan setiap tahunnya meski tidak signifikan.
Data penderita HIV/AIDS di Solo tahun 2021 tercatat ada 105 kasus penderita HI/AIDS.
Sedangkan data tahun 2022 semester pertama dari Januari hingga Juni tercatat ada 120 kasus.
“Dari jumlah itu 55 kasus merupakan warga Solo, sedang sisanya warga dari luar Solo. Dimungkinkan jumlahnya lebih besar dari angka tersebut, karena banyak penderita HIV/AIDS yang tidak melapor ke KPA,” tutur Widy, Senin (29/8/2022).
Widy menyebut, fenomena yang terjadi saat ini adalah tidak sedikit dari penderita ini menghilang.
“Mereka takut distigma. Mereka tidak terdeteksi di mana tempatnya. Kan kita harus menjaga privasi mereka,” ujar Widy.
Untuk mengantisipasi hal tersebut KPA Solo terus berupaya menjalin kerja sama dengan populasi kunci kelompok penderita HIV/AIDS. Hal ini agar mereka tidak mengilang karena takut distigma negatif masyarakat.
“Kita beri pengertian ke kelompok-kelompok tersebut. Kita datangi agar mereka mau berobat juga. Kita kesulitan mencarinya karena mereka menghilang. Tapi ada juga yang membuka diri dan mengakui terjangkit sehingga kita terus dampingi,” ungkapnya.
Widy menambahkan, virus HIV/AIDS tidak menular melalui udara, air mata, keringat dan sentuhan kulit.
“Penularan terjadi disebabkan kontak cairan tubuh penderita misalnya berhubungan seksual. Jadi tidak masalah kalau hidup bermasyarakat. Penularannya tidak semudah itu,” tandas Widy.
Ditemui usai kegiatan pisah kenal Kajari Surakarta, Wali Kota Gibran Rakabuming menambahkan kasus HIV/AIDS mengalami kenaikan hampir di semua kota.
“Semua kota naik ya penderitanya. Apa karena baru di cek ya?,” ujar Gibran.
Gibran juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati.
“Yang belum tes segera tes, yang sudah ada hasilnya ya ditindaklanjuti. Ini harus ada edukasi untuk warga dan pasien agar lebih aware,” pungkas Gibran.







