BOYOLALI, MettaNEWS – Lama luput dari perhatian, penyakit Human Immunodeficiency Virus- Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) masih terus eksis. Sejak bulan Januari – Oktober, di Kabupaten Boyolali ditemukan 73 kasus baru. Namun, setidaknya sebagian besar penderita bersedia diobati.
“Dari 73 kasus, 60 orang bersedia berobat, delapan meninggal dunia dan lima orang belum mulai pengobatan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Puji Astuti dalam acara peringatan Hari AIDS Sedunia di Panti Marhaen Boyolali, Rabu (1/12/2021).
Hingga saat ini, masih ada 249 pengidap HIV/AIDS yang minum obat antiretroviral (ARV) dari 572 yang pernah berobat.
“Kami masih terus berusaha meningkatkan penemuan ODHA (Orang Hidup dengan HIV/AIDS) –red) melalui screening sesuai standar pelayanan, notifikasi pasangan, hingga kami juga sudah memperluas pelayanan komprehensif di 12 layanan,” imbuhnya seperti dilansir boyolali.go.id.
Sebanyak 13 layanan tersebut tersebar di beberapa fasilitas kesehatan. Antara lain di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang (RSUDPA) Kabupaten Boyolali, RSUD Simo, Puskesmas Boyolali 1, Boyolali 2, Teras, Banyudono 1, Ngemplak, Nogosari, Andong, Ampel, Karanggede, Sawit dan Juwangi.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Boyolali, Masruri menekankan pada kegiatan 3 Zero terhadap HIV/AIDS sebagai cara menanggulangi HIV/AIDS untuk mencapai eliminasi pada tahun 2030. Ketiga menekanan tersebut yakni tidak ada infeksi baru HIV/AIDS, tidak ada kematian karena HIV/AIDS, dan tidak ada diskrimasi bagi ODHA pada tahun 2030.
“Staretgi pengendalian tersebut harus dilaksanakan dengan berbagai upaya yaitu peran di semua sektor, peran di semua stakeholder untuk bisa mewujudkan cita cita yang ada di Boyolali untuk mencari ODHA yang Lost To Follow Up,” kata Sekda Masruri.
Lost to Follow Up sendiri merupakan ketidakhadiran pasien HIV/AIDS ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) dalam waktu lebih dari 180 hari.