SOLO, Metta NEWS – Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen IKP Kemenkominfo) RI Usman Kansong ketika berkunjung ke Monumen Pers, Senin (25/10) menyampaikan keberadaan Monumen Pers dan sejarahnya mempunyai peran yang penting bagi sejarah pers di Indonenesia.
Usman mengatakan dengan berbagai koleksi yang mengandung nilai historis membuat Monumen Pers penting untuk dirawat dan dipublikasikan agar lebih dikenal masyarakat dan bermanfaat.
Usman menjelaskan dirinya baru pertama kali datang ke Monumen Pers.
“Monumen Pers mempunyai nilai historis Pers Indonesia juga lahir dari sini. Koleksi yang ada di Monumen Pers adalah sejarah Pers Indonesia seperti Radio Kambing yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia,” papar Usman di sela-sela kunjungannya.
Usman melihat dengan pengelolaan Monumen Pers yang kekinian, mengikuti perkembanga zaman dan menggunakan media interaktif dengan berbagai fitur membantu masyarakat untuk belajar sejarah kemerdekaan bangsa.
“Hal ini patut diapresiasi. masyarakat bisa melihat tokoh-tokoh pers, perkembangan pers dari masa ke masa hingga koleksi koran dari seluruh daerah di Indonesia bahkan luar negeri. Bagi yang ingin meneliti dan mengetahui sejarah pers tidak afdol kalau tidak mengunjungi Monumen Pers Solo,” urai Usman.
Meskipun begitu, Usman melihat keberadaan Monumen Pers harus terus dipublikasikan ke masyarakat juga melakukan kunjungan ke kampus-kampus supaya museum ini makin moncer di Indonesia.
“Jangan sampai ada orang yang tidak tahu bahwa kita punya Monumen Pers. Kalau perlu mencontoh museum-museum di luar negeri seperti Newseum di Amerika Serikat, yaitu museum berita yang setiap hari dikunjungi oleh banyak sekali orang dan dekat dengan museum-museum lain di pusat kota Washington DC,” terangnya.
Newseum adalah museum berita dan jurnalisme di Washington DC Amerika Serikat yang diresmikan pada 18 April 1997. Nama Newseum merupakan gabungan dari News dan Museum. Tempat ini berisi berbagai dokumentasi dan presentasi serta tahapan perkembangan pers dan jurnalistik.
Usman berharap, setelah berkunjung ke Monumen Pers, orang pulang tidak hanya membawa kenangan di kepala tetapi juga ada buklet atau produk digital sebagai cinderamata yang mengingatkan orang pada monumen pers.
“Apalagi kalau ada bukunya yang bisa menjadi koleksi para wartawan, para peneliti, para sejarawan. Kalau boleh di sini juga ada toko buku seperti museum-museum di luar negeri, ini saya kira bisa ditiru,” harap Usman.
Usman juga mendukung program reformasi birokrasi menuju Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi. Sebab dengan transparansi atau keterbukaan akan menunjukkan good and clean government.
“ini menunjukkan sebagai aset yang dikelola Pemerintah, Monumen Pers harus transparan, bebas korupsi. Saya dukung dan semoga segera terealisasi segala hal yang dibutuhkan untuk menjadi zona integritas bebas korupsi harus didukung,” pungkas Usman.