SOLO, MettaNEWS – Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) akan mengajukann 5 arsip earisan dokumenter masuk dalam Memory of The World UNESCO.
Tahun ini, Indonesia juga menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi ke-28 SouthEast Asia – Pacific AudioVisual Archive Association (SEAPAVAA) yang berlangsung di The Sunan Hotel, Solo,
pada 9-14 Juni 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala ANRI, Imam Gunarto menyampaikan usulan tersebut idalam konferensi pers pelaksanaan Konferensi ke-28 SouthEast Asia-Pacific Audio Visual Archive Association (SEAPAVAA) 2024 di Hotel The Sunan Solo, Senin (10/6/2024).
Lima arsip warisan dokumenter itu adalaharsip Tari Khas Mangkunegaran, arsip Sanghyang Siksa Kandang Karesian. arsip Kartini dan Perjuangan Gender, arsip Pembentukan ASEAN dan arsip Hamzah Mansuri.
“Biasanya setiap negara hanya mendapat jatah 2 warisan dokumenter untuk diajukan ke UNESCO. Tapi tahun ini Indonesia mendapatkan jatah lima warisan dokumenter untuk diajukan,” tutur Imam.
Dari kelima warisan dokumenter itu, Imam mengungkapkan arsip Tari Khas Mangkunegaran mempunyai keunikan tersendiri. Arsip Tari Mangkunegaran itu berisi gerakan-gerakan atau cengkok tari.
“Arsip ini merupakan karya KGPAA Mangkunegara IV. Berisi 1.000 halaman. Arsip ini menggunakan tulisan campuran, ada huruf Jawa,” jelas Imam.
Konferensi ke-28 SEAPAVAA direncanakan dibuka pada 11 Juni 2024 dan diikuti 250 peserta. Yang hadir secara langsung yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Konferensi yang diselenggarakan secara daring dan luring ini mengangkat tema Navigating New Horizons in Audiovisual Archiving.
Konferensi diharapkan dapat dijadikan wadah dan kesempatan bagi para peserta untuk lebih memahami berbagai hal tentang kearsipan yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan. Isu perubahan iklim dan keberlanjutan kearsipan juga dapat menjadi pembahasan dalam konferensi ini.
Rangkaian kegiatan konferensi selama 9 hingga 14 Juni 2024.
President of SEAVAVAA 2024, Karen Chan menambahkan melalui konferensi tersebut akan dibahas seputar isu penyelamatan terhadap arsip-arsip, khususnya arsip audio visual terutama di negara-negara tropis.
“Hal itu yang menjadi tantangan bagi hampir semua negara di dunia. Untuk dapat menemukan masalah dan menemukan solusi apa yang dapat digunakan untuk dapat merawat arsip audio visual. Konferensi di Solo ini untuk membahas dan mencari solusi itu semua,” pungkas Karen.