SOLO, MettaNEWS – Sejumlah warga Kampung Jatirejo, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah (Jateng) bertemu dengan pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo dan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
Pertemuan itu membahas perihal limbah yang diakibatkan dari pengoperasian PLTSa Putri Cempo hingga menimbulkan banyak dampak negatif.
Setahun sejal diresmikan untuk beroperasi, PLTSa Putri Cempo disinyalir menyebabkan kebisingan suara, pencemaran limbah abu padat hitam hingga limbah cair yang menyebabkan tumbuhan mati.
Di lain sisi, proyek ini juga menimbulkan gangguan kesehatan warga seperti sesak napas dan gatal-gatal.
Terkait hal itu, warga menuntut agar pengelola bersama Pemkot Solo segera menyelesaikan masalah tersebut. Ketua Paguyuban Pemulung Putri Cempo, Karni mengungkapkan pertemuan ini merupakan yang pertama diadakan antara PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP), warga dan Pemkot Solo.
“Baru sekali ini ketemu, sudah satu tahun operasi. Katanya habis pertemuan ini tiap bulan mau ada pertemuan sebulan sekali. Habis ini katanya juga mau ada solusi dibuatkan kotak untuk linbahnya. Limbah padat warna hitam itu dijual, laku katanya. Ya kita maunya diuji ulang saja proyeknya,” terang Karni.
Merasa dirugikan, Karni dan sejumlah warga lainnya meminta PT SCMPP melakukan perbaikan dan pengelolaan limbah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tidak membuang limbah sembarangan seperti halnya ke sungai. Begitupun dengan limbah abu dasar (bottom ash) tidak ditempatkan di ruang terbuka.
Warga juga meminta agar proses pengeringan dan penjemuran sampah yang menghasilkan debu tidak berterbangan ke rumah. Warga meminta pengelola mencegah polusi udara yang berbau tajam dan menyebabkan gangguan pernapasan dengan memasang teknologi canggih seperti dust collector (penangkap debu).
Meminta pengelola mengurangi kebisingan yang diakibatkan oleh operasional produksi mesin PLTSa. Serta warga mendapatkan informasi pengelolaan sampah, produksi listrik (elektrifikasi), penjualan listrik dan pengelolaan limbahnya secara transparan dan terbuka untuk publik.
Sementara itu, Asisten Pembangunan Ekonomi Sekretaris Daerah (Setda) Solo, Gatot Sutanto menjelaskan, pengelola PLTSa Putri Cempo telah melakukan perbaikan dalam pengelolaan limbah.
Yakni limbah cair berupa air kondensat yang sebelumnya luber hingga mengalir ke sungai sudah ditanggulangi dengan membuat tampungan berukuran lebih besar.
“Kita coba memfasilitasi sesuai arahan pimpinan. Warga kan menyampaikan keluhan dan meminta rembugan. Dari pihak PT SCMPP membuka komunikasi lebih terbuka lagi. Ini kan baru proses awal perlu perbaikan-perbaikan termasuk misalnya penyekat debu dan ada perubahan alat-alat. Alat yang menyebabkan debu diganti dengan alat yang tidak menyebabkan debu,” ujar Gatot.
Lanjutnya, PT SCMPP juga telah menanam tumbuhan bambu di area pembuangan limbah padat dan mengganti alat berat penyebab sampah berterbangan. Alat yang menyebabkan kebisingan akan dilapisi alat peredam.
Menyoal gangguan kesehatan yang dikeluhkan warga, Gatot menyebut perubahan cuaca menjadi faktor utama.
“Bersamaan perubahan cuaca jadi kalau kondisinya sedang drop ya bisa batuk, pilek sama gatal. Sampai 3 hari kemarin DKK (Dinas Kesehatan Kota-red) di sini. Yang hari pertama ada 17 warga (yang berobat-red). Indikasinya ISPA sama gatal. Itu penyakit umum biasa,” terangnya.