Orari Solo Menolak Mati, Tetap Eksis dalam Terjangan Digitalisasi 

oleh
Orari Solo
Ketua ORARI Solo Sumartono Hadinoto sedang mengoperasikan perangkat radio amatir dalam Spesial Event Station (SES) Sabtu (14/1/2023) | MettaNEWS / Kevin Rama

SOLO, MettaNEWS – Organisasi Amatir Radio Indonesia atau Orari lokal Solo masih terus eksis dalam gempuran komunikasi yang serba digital. Saat ini Orari Solo tengah melaksanakan Special Event Station (SES) 14-15 Januari 2022, untuk menuju Musyawarah Lokal (Muslok) ke-14 yang rencananya akan berlangsung 5 February 2023 mendatang.

Staf Sekertariat Orari lokal Solo Asih Sutarsih mengungkapkan Muslok ini merupakan,forum berkumpulnya para anggota Orari dalam menyampaikan aspirasinya bagi Organisasi khususnya di tingkat Lokal.

“Kita mengelar per-3 tahun secara rutin, ini juga sebagai pemilihan ketua dari Orari lokal,” ungkapnya Sabtu (14/1/2023).

Selain itu Muslok ini juga menjadi ajang perbaikan dan pengembangan dari Orari. Yang mana radio amatir ini telah berdiri sejak 1968 di Indonesia.

Hingga saat ini penggunaan radio analog ini masih banyak orang yang mengunakan. Bahkan dalam kondisi gawat darurat seperti musibah bencana, radio amatir ini masih menjadi pilihan yang sering digunakan.

“Karena kita mengunakan frekuensi yang jelas, jadi infomasi bisa langsung tertangkap. Dan bisa langsung bertindak,” ungkapnya.

Pengunaan radio amatir ini berada di HF – 40M band yang dapat memancarkan keseluruh wilayah Indonesia.

Orari Solo Menolak Mati, Eksistensi Radio Amatir Solo Masa Kini

Perbedaan yang mencolok antara kaum muda dengan kaum tua terlihat dari apa mereka bawa. Menurut Asih Sutarsih, anak-anak muda zaman sekarang memegang smartphone sedangkan teman-teman seumurannya memegang HT.

“Di zaman yang serba online ini jujur kami ibu-ibu dan bapak-bapak kualahan untuk mengikuti perkembangan. Meski begitu kami tetap sedikit-sedikit mengikuti ,” ungkapnya.

Asih mengerti jika memang anak-anak muda sekarang tidak begitu tertarik pada radio amatir. Meski begitu tak jarang juga generasi muda yang belajar mengunakan radio tersebut.

“Paling banyak anak-anak muda dari relawan yang belajar, karena memang Orari berjalan segi sosial. Seperti di rescue, penanganan bencana, bakti sosial mereka seneng melakukan, tapi untuk keseharian saya kira belum ada” imbuh Asih.

Untuk saat ini Orari masih terjaga dalam menanggapi kebencanaan, Asih menyebut Orari Solo masih banyak bergerak pada bencana seperti gempa, banjir bahkan erupsi Gunung Merapi.

Selain itu pada setiap hari atau pada event spesial seperti saat ini pihaknya masih sering mengoperasikan untuk berkomunikasi dua arah.

“Pada event pemerintah kita juga masih gunakan seperti, ulang kota Solo atau kegiatan donor darah PMI begitu,” terangnya.

Kemudian pada event nasional seperti natal dan tahun baru kemarin pihaknya bekerjasama dengan kepolisian untuk mendirikan pos stasuin amatir. Ini bertujuan untuk mengirimkan informasi secara cepat dan menyeluruh.