Gibran Gregetan, Masih Banyak Lulusan SMK Tidak Terserap Dunia Kerja

oleh
oleh

SOLO, Metta NEWS – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menegaskan, sekolah vokasi atau SMK tidak boleh menjadi pabrik pencetak pengangguran. Gibran menyebut hal tersebut pada Audiensi Konsorsium Industri Bersama SMK 2, 5 dan 6, bertempat di SMK N 2, Kamis (9/9). 

Gibran mengatakan masih banyak lulusan SMK yang belum terserap ke dunia kerja karena ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dengan skil yang dipelajari oleh anak didik ketika belajar di SMK. 

“Kita benar-benar ingin apa yang dipelajari adik-adik itu sesuai yang diperlukan dunia industri. Jadi setelah sekolah bisa langsung kerja, tidak perlu di training lagi atau selesai sekolah bisa langsung jadi wirausaha dengan skil yanga mereka dapat di sekolah, ini yang paling penting,” tandas Gibran. 

Gibran mengingat saat kampanye pemilihan wali kota dulu dirinya pernah mencetuskan akan ada sekolah sosial media di Solo.

“Dulu waktu masa kampanye saya bilang saya ingin di Solo ada sekolah sosial media tapi banyak yang ketawa ini kita benar-benar realisasikan,” tutur Gibran.  

Pada kesempatan tersebut Gibran menyampaikan terima kasih atas CSR dari konsorsium perusahaan diantaranya Astra Internasional, Sinar Mas, Djarum Foundation, Indofood, Barito Pacific dan Eka Cipta Foundation. 

“Bangunan dan fasilitas belajar seperti ini kalau SDM dari sekolahnya tidak memadai ini satu atau 2 tahun kedepan tidak bisa sustainable lagi. Oleh karena itu untuk bapak ibu yang sudah lama terjun di industri ini saya mohon SMK ini dua atau tiga bulan sekali ditengok agar tidak ketinggalan zaman. Nanti bisa-bisa alatnya, komputernya abad 20, kurikulumnya abad 19, gurunya abad 18 ini bahaya sekali,” ujar Gibran. 

Gibran juga berpesan untuk partner yang industri yang sudah kerja sama bisa meluangkan waktunya dan memberikan update yang terbaru di dunia-dunia industri.

“Saya ingin adik-adik kita jangan sampai ada yang menganggur itu saja. SMK ini bukan kewenangan walikota tapi kalau ada warga Solo yang nganggur yang kena wali kota nya. Kita tidak ingin SMK jadi pabrik pencipta pengangguran,” gurau orang nomor satu di Solo ini.  

Sementara itu Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Wikan Sakarinto yang juga hadir pada pertemuan tersebut mengungkapkan, hingga saat ini beberapa industri di Indonesia membentuk konsorsium untuk mendukung pembelajaran di SMK. 

“Harapannya jangan berhenti pada penguatan infrastruktur fisik, nanti kita tunggu inovasi guru, SDM dan kepala sekolah, kurikulumnya itu lebih penting. Sehingga link and match antara sekolah dengan industri, kita memberikan pancing bukan ikan. Kita tunggu pancing ini menghasilkan teaching factory yang produktif,” jelas Wikan. 

Wikan mengungkapkan, meskipun masih pandemi namun penyerapan tenaga kerja dari SMK khususnya untuk program animator, multimedia spesialis masih tinggi.

“Tapi itu tadi, sama dengan walikota, kita berharap tidak hanya bekerja di industri namun juga bisa mempunyai mindset menjadi wirausaha,” pungkas Wikan.