
HUJAN tak seberapa deras membasahi Kampung Ngipang, RT 03 RW 18 Kadipiro Solo. Kampung di ujung gang buntu yang padat penduduk itu sekilas tampak lengang. Namun, begitu hujan mereda, sejumlah orang langsung tampak sibuk. Syuting Bakar Production mengubah kampung menjadi studio terbuka.
Mereka menuju ke salah satu rumah sederhana, mengeluarkan sepeda motor di teras, menggeser jemuran yang memenuhi teras yang sekaligus berfungsi sebagai dapur, sehingga sepasang kursi tamu dan meja butut menjadi terlihat. Lalu, sejumlah kamera dan lampu untuk syuting film ditata berkeliling.
“Tadi kita istirahat, karena kalau memaksakan syuting, suara hujan ini sangat mengganggu. Karena teras ini atapnya seng. Jadwal hari ini agak keteter. Padahal kita tetap harus tayang dua kali seminggu, ini tantangan tersendiri,” ucap Dwi Mustanto, Sutradara Bakar (Balada Kampung Riwil).
Bagi yang belum tahu, Tayangan Bakar Production di kanal Youtube, sudah dua tahun ini menjadi tontonan segar yang menghibur publik. Jumlah pengikutnya menembus angka 400 ribuan. Capaian jumlah penonton pun mencapai angka yang tidak sedikit. Episode ke-129 yang baru tayang Minggu (16/1) kemarin, sudah diklik 173 ribu kali.
Padahal, Bakar Production lahir dari kepepet. Sekelompok seniman panggung, dari Ketoprak Balekambang, Wayang Orang Sriwedari, sindhen, pegiat teater hingga penyanyi dan MC campursari. Mereka bernasib sama, pandemi Covid-19 membuat semuanya paceklik job.
Beruntung, di tengah kegelisahan muncul ide cerdas, membuat drama komedi situasi. Ide awal datang dari Rudi Momon dan Kincer (penyanyi/MC) Dwi Mustanto (Ketoprak Balekambang) dan beberapa seniman lainnya. Gayung pun bersambut. Sejumlah seniman lain seperti Billy Aldi Kusuma dan istrinya Rahma Putri Parimita dari Wayang Orang Sriwedari bergabung, memerankan Pak RT dan Bu RT.
Sebagai setting lokasi, secara praktis Kampung Ngipang yang merupakan permukiman para seniman sejak mereka direlokasi dari Taman Balekambang. Beberapa pemain Bakar tinggal di sana, warga sekitar pun mudah menerima aktivitas syuting. Kampung Riwil menjadi seperti kampung di dalam kampung, lengkap dengan romantika kehidupan warganya.
Tak Mau Menganggap Bakar Production Sudah Besar
Setelah eksis selama dua tahun dan makin banyak penontonnya, Dwi Mustanto ternyata tidak mau menganggap Bakar Production sudah besar.
“Jangan, kami tidak mau seperti itu, nanti bisa lupa diri. Bakar Production harus tetap berproses seperti biasa. Ada kualitas konten yang harus dijaga, itu prioritasnya,” tuturnya.
Pemain yang ikut menemui MettaNews pun membenarkan, atensi publik terhadap Bakar Production saat ini memang luar biasa. “Selain jumlah penonton yang terus berkembang, sekarang ini banyak warga datang ke lokasi syuting. Mereka ingin melihat langsung tempat ini. Bahkan ada yang datang dari Lampung sekeluarga,” tutur Doel Sumbing, pemeran Papi Doel.
Meski begitu, Doel setuju Bakar Production sebaiknya tetap mengedepankan semangat awal, yakni kebersamaan. Terlebih sebagian besar pemain Bakar berasal dari panggung seni tradisi yang secara karakter punya corak dan warna tersendiri.
Mustanto mengatakan, permasalahan utama saat ini, bagaimana Bakar Production bisa menjaga kualitas konten yang sekarang ini tayang dua kali seminggu.
“Penataan jadwal syuting, penaskahan yang lebih cepat, editing dan sebagainya akan kami rapikan. Bila mana perlu, kami akan beristirahat selama sekitar dua pekan tidak mengunggah konten, sehingga ada waktu untuk menyiapkan semuanya dengan lebih baik,” ujar Mustanto.
Jika langkah istirahat sesaat itu menjadi pilihan, tentu ada konsekuensinya karena penonton tentu akan merasa kehilangan. Karena itu, Mustanto memastikan langkah istirahat hanya jika opsi lainnya tidak berjalan efektif.
“Tentunya akan kami sosialisasikan ke publik,” imbuhnya.