SOLO, Metta NEWS – Hampir dua tahun pandemi, geliat sektor perekonomian mulai bergerak kembali. Semangat bangkit dari pandemi terlihat di Kampung Wisata Batik Kauman. Para pelaku usaha kecil dan menengah atau UKM Kampung Wisata Batik Kauman belajar banyak dari kondisi pandemi yang juga memberikan banyak ilmu baru.
Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, Gunawan Setiawan mengungkapkan, pelaku UMKM di Kampung Batik Kauman mencari diferensiasi usaha baru yang tetap mendukung Kauman sebagai kampung wisata batik.
“Yang kami lihat yang paling kena adalah fokus usahanya di dunia pariwisata terutama yang mengandalkan kunjungan-kunjungan dari luar kota, wisatawan asing. Tapi kami warga Kauman sudah terbiasa hidup mandiri, bergerak, berwirausaha. Kita mencari peluang untuk aktivitas di bidang kerja. Akhirnya banyak yang membuka usaha kuliner, pemasaran dengan banyak cara, ada perubahan pekerjaan dari yang dulu batik jadi kuliner, ada yang batik tetap, kuliner di kembangkan,” terang Gunawan.
Tidak berdiam diri, pelaku usaha di Kampung Batik Kauman tetap mencari peluang di tengah pandemi. Gunawan mengingat pada saat itu kondisi kota yang sepi sangat memukul usaha batik di Kauman.
“Membuat terpukul lagi adalah PSBB itu wajib tutup karena peraturan dari pusat dan daerah jadi harus mengikuti. Di awal kita agak tidak setuju dengan PSBB karena memang berat sekali. Ternyata memang benar, meskipun PSBB dilonggarkan tetap tidak ada tamu. Bisa dibilang kita mulai tidak dari nol tapi dari minus,” kenang Gunawan mengingat kondisi saat pemberlakuan PSBB di Solo.
Meskipun begitu, Gunawan mengatakan pelaku UMKM di Kampung Wisata Batik Kauman terus bergerak semampunya. Terus berkoordinasi dengan stake holder terkait untuk mencari informasi tentang percepatan dan pemulihan ekonomi.
“Ada pelatihan online, lomba-lomba kreatif online, fungsi paguyuban mencari info-info itu. Jadi selama pandemi ini tidak nglokro, tutup iya mengikuti peraturan, mengurangi aktivitas iya tapi kita selalu mencari peluang.
Namun dibalik kesulitan selalu tersimpan asa untuk bertahan. Pelaku usaha di Kampung Batik Kauman tidak terus melihat pandemi yang hanya memberikan kerugian namun mereka juga mendapat ilmu dan cara-cara pemasaran baru yang mendukung pergerakan ekonomi untuk bangkit kembali.
“Begitu PSBB kita semakin fokus menggunakan onlineshop. Kita sadari ada pembatasan kerumunan. Kita harus cari cara pemasaran yang lain, ya lewatnya online, bisa marketplace, sosial media atau webinar,” ujarnya.
Namun, lanjut Gunawan tidak semua pelaku UMKM mempunyai pengetahuan bisnis online yang setara.
“Kita ingin ada satu sistem semacam langkah bersama. Program untuk UKM dan IKM bisa menjual produk dengan mudah. Kalau bisa jangan terjual di sekitar kita tapi hingga pasar Luar Negeri. Bagaimana supaya produk begitu di launching sudah langsung jadi rebutan,” katanya lagi.
Gunawan dan pelaku usaha di Kampung Wisata Batik Kauman lainnya membuktikan meskipun belum signifikan, online marketing cukup membantu pemasukan.
“Online bisa menutupi operasional selama pandemi walaupun juga tetap makan tabungan. Selama pandemi ini kita bisa tetap buka itu sudah bersyukur, bertahan, eksis sudah bagus. ini tantangan untuk pemerintah memberikan kebijakan di bidang keuangan bagi usaha kecil di kampung ini,” tandasnya.
Gunawan menyebut, kolaborasi menjadi kunci untuk keberhasilan bisnis online khususnya untuk produk batik. Tidak semua UMKM di Kampung Batik Kauman, berhasil semua dalam menerapkan sistem online.
“Masih belum merata keberhasilannya, yang saya lihat yang sudah berhasil juga masih membutuhkan trik-trik, solusi pemasaran online yang lebih bagus. Apalagi produk kami adalah batik. Kebiasaan orang beli batik itu harus datang, nyoba, memegang langsung. Belum masalah harga yang bedanya jauh antara batik cap dan tulis. Kalau hanya lihat dari foto susah dapat pembeli,” urai Gunawan.
Dari kendala ini, Gunawan melihat pentingnya kolaborasi sehingga mampu menciptakan mekanisme yang cepat diserap oleh costumer online.
“Semoga ada suatu program e commerce yang bisa menjembatani itu, juga dibantu program pemerintah yang bisa menunjukan mana batik tulis, cap, printing, mana produk yang berkualitas,” tambah Gunawan.
Sementara itu, Ketua IKM Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Muhammad Soim yang juga pelaku IKM menambahkan pandemi memberi ilmu pengetahuan baru, tantangan dan kolaborasi dan kebiasaan baru
“Di tengah pandemi yang kami rasakan dengan adanya penjualan online seperti Shopee, bermunculan banyak reseller itu sedikit banyak hasil produksi terserap oleh mereka. kalau kita sendiri yang produksi menjual juga susah, yang membantu pemasaran kita adalah resler secara tidak langsung,” tutur Soim.
Soim menambahkan peran reseller pada market online ini besar sekali dan menjadi salah satu dalam pemasaran.
“Kebanyakan teman-teman yang produksi itu lebih fokus berproduksi daripada menjual meskipun ada juga teman yang berproduksi sambil menjual. Karena kami sebagai prodosen ini rata-rata berpikirnya hanya sebaik mungkin memproduksi barang yang berkualitas,” pungkas Soim.