Terbilang Sukses, Gibran Rencanakan Rock In Solo Kembali Moshing di 2023

oleh
Rock In Solo
Rock In Solo di Benteng Vastenburg Solo, Minggu (31/10/2022) | MettaNEWS / Adinda Wardani

SOLO, MettaNEWS – Suksesnya gelaran festival musik cadas Rock In Solo (RIS) 2022 membuat Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka berencana menggelarnya kembali di tahun 2023 mendatang.

Meski dirinya batal menghadiri festival musik tersebut pada Minggu (30/10/2022) kemarin, Gibran menilai gelaran RIS berhasil mengobati kerinduan para metaldeath di Solo maupun luar kota. Ia pun menyambut positif jika event yang sama akan digelar secara berkelanjutan.

“Iya (Rock In Solo tahun depan ada lagi) semalam sukses, saya nggak bisa datang karena ada kegiatan. Sik penting ra udan tikete entek (yang penting enggak hujan tiketnya habis),” kata Gibran saat ditemui di Stadion Manahan Solo, Senin (31/10/2022).

Menurutnya festival musik Rock In Solo yang terbilang sukses itu mampu mendatangkan sponsor dengan sendirinya di kemudian hari. Maka ia optimis Rock In Solo akan kembali menggema dalam satu tahun mendatang.

“Urusan sponsor ben karo EO (event organizer) tak kira kalau acaranya sukses sponsore teko dewe (datang sendiri) apik kok kemarin apik (pokoknya kemarin bagus),” tutur Gibran.

Gelaran festival musik cadas ini terakhir diadakan pada 2015 silam. Mencoba menggeliat di tahun 2020, kenyataan pahit justru harus dihadapi penyelenggara Rock In Solo. Mereka harus berhadapan dengan badai Covid-19 selama dua tahun lamanya. Hingga akhirnya di tahun ini Rock In Solo dapat kembali digelar usai juga mendapat restu dari orang nomor satu di Solo.

Sebelumnya Dewan Jenderal Rock In Solo, Stephanus Adjie menargetkan 10.000 penonton dapat hadir dalam gelaran musik 30 Oktober malam kemarin. Adjie pun tak muluk-muluk dengan target tiket yang terjual. Namun yang terjadi semalam terbilang cukup memuaskan. Pasalnya ribuan metaldeath benar-benar menghitamkan area Benteng Vastenburg.

Panjangnya masa vakum itu mampu dibayar dengan penampilan dua band metal asal Amerika Fit For An Autopsy dan Suffocation. Juga dengan band metal lokal seperti Navicula asal Bali, Extreme Decay asal Malang, Serigala Malam asal Jogja, Paranoid Desire, Down for Life asal Solo, dan Pure Wrath.

Open stage dimulai pukul 12.15 WIB itu menampilkan empat band lokal yang tampil secara bergantian di panggung masing-masing. Ada dua panggung besar A dan B yang dibuat panitia. Sang Dewan Jenderal ternyata benar-benar menepati janjinya.

“Kapasitas venue bisa sampai 20.000 (penonton) ketika bisa kami setting ulang. Settingan mungkin akan cukup mengejutkan, dan itu bisa mencapai 20.000,” terang Adjie.

Adapun band lokal yang tampil di panggung A pada pukul 12.15 WIB yakni Sworn dan MCPR. Sedangkan di panggung B, Iron Voltage tampil pukul 12.45 WIB. Berlanjut ke Serigala Malam yang tampil hingga pukul 14.20 WIB.

Selanjutnya pukul 14.45 WIB Pure Wrath, Paranoid Despire, Roxx tampil di panggung A selama hampir 2 jam lamanya. Sedang di panggung B Extreme Decay dan Beside juga tampil dengan tak kalah gaharnya. Pada pukul 18.00 Fraud menjadi band lokal pembuka memasuki waktu malam hari.

Pada pukul 19.00 WIB hingga pukul 22.30 WIB, dua band lokal MTAD dan Down For Life tampil sebelum band asal Amerika Suffocation naik panggung. Di panggung sebelah, Navicula membuka penampilannya pada pukul 19.30 WIB. Setelahnya Fit For An Autopsy mengambil alih panggung B.

Ribuan penonton yang berpakian serba hitam ini nampak sesekali crowd surfing atau moshing di depan dua panggung besar A dan B. Meski demikian situasi tetap kondusif dari awal festival hingga berakhir pada pukul 22.30 WIB.