
SOLO, MettaNEWS – Masa penerimaan siswa didik baru memunculkan beberapa kondisi yang tidak ideal. Salah satunya adalah didapati beberapa sekolah dasar negeri (SD) yang kekurangan murid.
Data dari Dinas Pendidikan, di Kota Solo tercatat ada 10 SD negeri yang sepi peminat. Seperti SD Negeri 197 Sriwedari yang hanya mendapat 1 murid untuk tahun ajaran baru ini. Satu murid inipun karena orang tua sang murid bekerja di SD tersebut.
Walikota Solo Gibran Rakabuming juga sempat menyampaikan salah satu opsi mengatasi kekurangan murid tersebut dengan regrouping sekolah.
Regrouping sekolah ini menurut Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo Hery Mulyono tidak sederhana dan butuh proses.
“Sebetulnya meskipun hanya 1 murid itu tidak masalah, karena sampai hari ini pun tidak ada orang tua yang komplain mengenai hal tersebut,” ujar Hery usai rapat koordinasi dengan Walikota Gibran, Rabu (13/7/2022) di kantor Walikota.
Meskipun tidak ada komplain, lanjut Hery, menjadi kewajiban pemerintah khususnya dinas terkait untuk tetap memperbaiki dan mencari solusi.
“Tadi sudah kami sampaikan bahwa regrouping itu hanya salah satu solusi untuk memecahkan masalah terkait kekurangan siswa di satuan pendidikan,” jelasnya.
Hery mengatakan untuk menggabungkan atau merger antar sekolah dasar ada ketentuan-ketentuan tertentu yang harus dipenuhi.
“Salah satu syaratnya apabila jumlah seluruh siswa di satu sekolah itu kurang dari 100 anak. Atau jarak antar sekolah kurang dari 1 Km, atau ada dua atau tiga sekolah yang berada dalam satu halaman itu bisa di regrouping,” papar Hery.
Untuk SD Negeri 197 Sriwedari yang total semua muridnya hanya berjumlah 45 siswa, Hery menjelaskan tengah mencari solusi yang sesuai.
“Ini sedang kita pikirkan tapi tidak sederhana, perlu proses. Sebenarnya tidak masalah dengan sekolah yang kekurangan siswa. Kondisi sekolah Sriwedari itu juga masuk kawasan yang tidak terlalu padat penduduk. Tidak bisa jika dibandingkan dengan Semanggi atau daerah yang padat penduduk lainnya,” terang Hery.
Dengan kondisi ini misal harus dilakukan regrouping, Hery melihat syarat utama yakni jarak terdekat antar SD serta daya tampung yang kurang.
“Sebetulnya kondisi ini tidak masalah. Yang sekolah di situ ya tetap di situ. Dari orang tua juga tidak apa-apa. Kalau regrouping memberi nama SD nya juga susah lho itu,” pungkasnya.