SOLO, Metta NEWS – Tidak semua anak terlahir dengan kemudahan-kemudahan dalam menjalani hidup. Setiap anak juga tidak bisa memilih untuk dilahirkan di keluarga mana. Namun setiap anak mempunyai garis hidupnya sendiri-sendiri yang harus diperjuangkan.
Mereka yang kurang beruntung ini tentu memerlukan uluran tangan dan bantuan dari banyak pihak. Uluran tangan ini akan mengubah mindset dan memperbaiki taraf hidup mereka ke depannya, yang dampak lebih jauhnya adalah membantu negara dalam mengatasi kesenjangan generasi penerus bangsa.
Untuk itulah Pusat Pengembangan Anak (PPA) GKI Sangkrah hadir bersama dengan PPA lain yang tersebar di Indonesia.
Project Director 999 PPA GKI Sangkrah Natanael Dandy mengatakan sebagai Pusat Pengembangan Anak, PPA GKI Sangkrah bergerak untuk mendampingi anak-anak dengan tujuan khusus mengentaskan dari kemiskinan.
“Baik kemiskinan fisik, sosial emosi, kognitif dan spiritual. Kemiskinan itu kan dari mindset, tugas kita adalah bagaimana membentuk karakter anak agar berani bermimpi dan berusaha mewujudkan mimpinya,” tutur Dandy.
Dandy mengatakan, masyarakat melihat kehadiran PPA memberi dampak dan manfaat bagi lingkungan.
“Biasanya orang mengenal hanya gereja berdampak di tengah-tengah masyarakat melalui program kesaksian pelayanan PPA, seperti anak-anak yang mendapat pendampingan sepulang sekolah, bantuan sekolah dan bantuan sembako selama pandemi,” papar Dandy.
Untuk menjaga karakter dan anak berkembang sesuai dengan usianya, PPA mempunyai program kurikulum diantaranya pelajaran bahasa, kegiatan teater, program skill vokasi, wirausaha dan tata busana.
“Prinsipnya adalah bagaimana mereka bisa mandiri secara finansial. Rata-rata anak-anak ini tinggal di kawasan yang kurang pas untuk pendidikan anak. Anak SD bergaulnya dengan SMP atau SMA, sementara orang tuanya tidak bisa terus mengawasi. Jadi kita beri pendampingan dan pelatihan-pelatihan selama 2 jam sepulang sekolah, juga makan siang, sampai orang tuanya kembali ke rumah dan bisa mengawasi mereka lagi,” papar Dandy.
Pertemuan anak-anak PPA ini dilakukan setiap hari Senin hingga Jumat serta ada pertemuan khusus dengan orang tua.
PPA GKI Sangkrah menaungi 263 anak dengan anggota mulai sejak dalam kandungan hingga usia 20 tahun.
“Awalnya dulu dari usia 3 tahun, tapi kita bergerak lebih dini lagi untuk memperhatikan bayi sejak dalam kandungan. Dalam perjalanannya banyak ditemukan ketika anak didaftarkan masuk PPA mereka dalam kondisi gizi buruk, jadi kita dampingi ibu-ibu hamil dari pemeriksaan, gizi, vitamin nya. Jadi anak yang dilahirkan lebih sehat dan mencegah stunting,” jelasnya.
Tidak hanya bantuan sosial, beasiswa pendidikan, pendampingan dan pembentukan karakter, PPA GKI Sangkrah juga mengenalkan beragam profesi pada anak-anak agar mereka mempunyai mimpi dan gambaran cita-cita yang tinggi. Dandy menyebut masalahnya adalah anak-anak ini tidak berani bermimpi dan memilih mundur duluan.
“Tidak semua anak yang gabung di PPA ini ‘baik-baik saja’. Banyak yang bermasalah. Mereka merasa dari keluarga pra sejahtera, tidak berhak untuk menggapai mimpinya. Mereka merasa bahwa aku ini orang miskin ya bisanya cuma seperti ini. Ini yang coba kita ajarkan agar mereka berani bermimpi, berani mempunyai cita-cita dan kita bantu dengan keterbatasan yang ada memberikan jalan untuk meraihnya,” tandas Dandy.
Salah satu langkah yang dilakukan PPA GKI Sangkrah adalah menggandeng institusi-institusi lain seperti kursus bahasa dan kursus komunikasi, bagaimana menyampaikan pendapat. Salah satunya adalah menggandeng Metta Kelas Bicara (MKB) untuk memberi kesempatan anak belajar berkomunikasi yang baik.
“Dengan belajar hal di luar sekolah seperti di Metta Kelas Bicara bisa melatih keberanian dan memupuk percaya diri anak-anak agar berani tampil dan menunjukan bakatnya. Karakter ini yang perlu kita pupuk terus, agar anak setelah lepas dari PPA bisa menjadi pribadi yang unggul dengan pekerjaan dan bermanfaat bagi masyarakat,” tegas Dandy.