SOLO, Metta NEWS – Palang Merah Indonesia (PMI Pusat) melalui bidang Penanggulangan Bencana menggelar lokakarya dan pelatihan (Lokalatih) Enhance Vulnerability & Capacity Assessment (EVCA) program pertama-DAS dukungan America Red Cross dan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) di Swiss Belhotel Solo, Minggu (28/11).
Perwakilan dari American Red Cross, Al Akbar Abu Bakar, menyampaikan kegiatan ini dilaksanakan selama 5 hari hingga Rabu (3/12), dan diikuti 25 peserta dari perwakilan PMI provinsi, kabupaten kota seluruh Indonesia.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Husni Mubarok, perwakilan dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).
“Kegiatan lokakarya dan pelatihan ini adalah kesempatan untuk saling berdiskusi, berbagi cerita dan pengalaman, menyamakan visi dan mimpi untuk program ketangguhan masyarakat,” jelas Husni.
Chief Executive Officer (CEO) dan Sekretaris PMI Solo, Sumartono Hadinoto turut menyampaikan kesempatan diskusi dan pertemuan ini sangat luar biasa dan wajib dimaksimalkan waktunya.
“Karena pada setiap operasi tanggap darurat bencana seringkali kita melihat banyak penumpukan bantuan, sementara itu di sisi lain pada tempat yang berbeda ada banyak masyarakat yang membutuhkan dan menunggu,” tutur Sumartono.
Sumartono pentingnya untuk belajar sistem kebencanaan, diskusi dan menyusun sistem agar pada setiap operasi tanggap darurat bencana apapun dan dimanapun bisa berjalan efektif, efisien dan cepat.
“Manajemen penanggulangan bencana menjadi sangat penting, untuk itu salah satu upaya PMI Solo dalam memberikan edukasi, sosialisasi, pengembangan kapasitas dalam hal ketangguhan dan kebencanaan dengan membuka program studi manajemen penanggulangan bencana di Politeknik AKBARA Surakarta,” terang Sumartono.
Kegiatan lokakarya dan pelatihan ini dibuka oleh Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Pusat, Ritola Tasmaya. Dalam sambutanya, Ritola menyampaikan program ini adalah salah satu program terbaik yang dijalankan PMI.
“Melatih kita untuk berpikir cepat, bukan hanya mengatasi masalahnya tetapi juga mempersiapkan masyarakat untuk juga bisa mengantisipasi kemungkinan bencana yang datang,” ujar Ritola.
Bukan hanya itu saja, Ritola melanjutkan bahwa selain sistem dan kapasitas yang terus dikembangkan, untuk keberhasilan dalam setiap penanganan ataupun operasi tanggap darurat bencana wajib membangun kolaborasi/komunikasi dengan pemerintah setempat dan melibatkan masyarakat.
“Langkah ini akan meningkatkan jangkauan keberhasilan PMI dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, efektif serta efisien,” pungkasnya.