Perayaan Cap Go Meh 2575 di Balai Kota Solo: Kebhinekaan Mencegah Konflik

oleh
Imlek
Sejumlah tokoh menghadiri puncak perayaan Tahun Baru Imlek 2575/2024 ditutup dengan perayaan Cap Go Meh di Balai Kota Solo, Minggu (25/2/2024) | MettaNEWS / Adinda Wardani

SOLO, MettaNEWS – Perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili di Kota Solo ditutup dengan perayaan Cap Go Meh, Minggu (25/2/2024) malam.

Berlangsung di Balai Kota Solo, acara ini dihadiri ratusan tamu undangan termasuk panitia bersama Imlek 2575/2024 dan panitia Grebeg Sudiro.

Sejumlah tokoh penting juga hadir dalam acara ini. Seperti Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa dan KGPAA Mangkunegara X.

Ketua Bersama Imlek 2575/2024, Sumartono Hadinoto menyebut Imlek sudah menjadi milik masyarakat Solo. Dalam perayaannya, Imlek mampu menjadikan Solo sebagai kota budaya, wisata, kuliner maupun wisata belanja. Pun perayaan tahun baru bagi umat Konghucu ini juga dapat memperkuat kebhinekaan Indonesia.

“Perayaan Imlek bukanlah hanya dilakukan untuk menyambut datangnya tahun baru pada penanggalan masyarakat Tionghoa dan hari raya saudara kita umat Konghucu. Tetapi juga untuk memperkuat semakin kokohnya gotong-royong negara dan bangsa Indonesia dengan keharmonisan Bhinneka Tunggal Ika menuju Indonesia tangguh,” ujar Sumartono.

Menurutnya melalui budayalah terjalin komunikasi yang baik dan akan memperkaya budaya nusantara yang beragam bentuknya.

Imlek tidak hanya sekadar melestarikan budaya tahun baru maupun perayaan hari raya umat Konghucu. Lebih dari itu, Imlek telah menjadi praktek gotong royong dua budaya Jawa dan Tionghoa. Perayaan yang akan selalu bisa berdampingan di Kota Solo.

“Imlek di Solo ini selalu berkolaborasi dengan panitia Grebeg Sudiro. Ini sebuah praktek budaya yang sangat luar biasa. Bahkan Pak Wakil Wali Kota, waktu kita audiensi  menyampaikan ini ada sebuah wujud nyata keberagaman antar suku antar agama bisa menyelenggarakan sebuah acara budaya yang menjadi sebuah kontribusi nyata untuk Kota Solo,” terangnya.

Meski peringkat Indeks Kota Toleransi (IKT) Solo turun dari posisi 4 menjadi 10, Sumartono tak ingin masyarakat berfokus hanya pada angka. Namun bagaimana Solo tetap bisa menyabet Kota Toleransi itu melalui perjuangan kebersamaan dan kebhinekaan yang selama ini dibangun secara gotong royong.

“Kita bangga jadi Wong Solo karena tidak akan terjadi konflik apapun karena adanya kebhinekaan ini,” ujarnya.

KGPAA Mangkunegara X (MN X) melihat perayaan Imlek di Solo menunjukkan indahnya keberagaman di kota ini.

“Tentunya saya senang saya jadi bagian dari ini semua. Dan tentunya ini menjadi suatu perayaan atas indahnya keberagaman kebudayaan suku ras dan apapun yang ada di Indonesia ini bahwa segala sesuatu yang bisa saling menguatkan kita semua,” ujarnya.

Ia pun melihat Kota Solo sebagai rumah untuk semua keberagaman. Maka tak heran jika kota ini masuk ke dalam jajaran Kota Toleran.

“Kalau ini kan rumah untuk kita semua yang di mana tentu selama ini menjadi kota yang paling toleran ya. Jadi ini menunjukkan kebersamaan solidaritas dan setia saling mendukung,” katanya.

“Prinsip kita di Kota Solo keberagaman itu sesuatu yang justru indah sesuatu yang bisa saling menguatkan satu sama lain. yang bisa saling mendukung dan menjaga satu sama lain itu dan ini yang saya rasa jadi satu keindahan di kota Solo malam hari ini,” ujarnya.