SOLO, Metta NEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah merilis informasi bahwa musim penghujan tahun ini datang lebih cepat. BMKG mengingatkan hujan yang datang lebih awal di peralihan musim kemarau basah ke penghujan ini disertai dengan berbagai fenomena alam yang patut diwaspadai.
Update Peringatan Cuaca Dini di Wilayah Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan intensitas hujan sedang-lebat kerap terjadi di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa musim hujan yang normalnya datang pada Oktober-November.
“Apakah musim hujan datang lebih awal? Secara pasti harus melalui penelitian untuk melihat perubahan cuaca dalam beberapa waktu terakhir. Namun memang dua tahun ini kemaraunya lebih pendek atau ada juga yang menyebut kemarau basah (terbentuk hujan di tengah musim kemarau, Red)”, jelas Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Ahmad Yani Jawa Tengah, Iis Widya Harmoko, dalam siaran pers Selasa (28/9) kemarin
Menurutnya, si Provinsi Di Jawa Tengah biasanya musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga awal November, tapi BMKG secara resmi sudah merilis bahwa musim hujan datang lebih awal.
Fenomena hujan dengan intensitas sedang-lebat yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini terjadi karena peralihan musim atau yang lebih dikenal sebagai Pancaroba. Hal yang umum ditemukan pada peralihan musim seperti ini adalah hujan yang disertai angin kencang, bahakn di beberapa wilayah dapat disertai dengan Puting Beliung maupun fenomena hujan es.
“Fenomena hujan. untuk waktu-waktu ini masih akan disertai angin kencang dan sejenisnya. Jadi diharapkan masyarakat bisa lebih waspada terhadap fenomena yang muncul seiring hujan-hujan yang terjadi di wilayah masing-masing,” ungkapnya.
BMKG Jateng secara khusus meminta agar masyarakat juga mewaspadai bencana hidrometerlogi yang bisa muncul siring terjadinya hujan-hujan pada masa ini. Fenomena hidrometerlogi bisa menyebabkan banjir bandang, munculnya genangan, bahkan hingga tanah longsor di beberapa daerah.
“Beberapa daerah di pegunungan atau dataran tinggi harus lebih waspada akan fenomena seperti banjir di pegunungan dan potensi longsor,”pungkas Iis.