SOLO, Metta NEWS – Kasus penemuan puluhan murid sekolah di beberapa sekolah dasar di Solo menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak khususnya pada orang tua murid. Meskipun begitu, salah seorang orang tua murid, Winarno (44 tahun) yang dua orang anaknya bersekolah di SD Kristen Manahan mengaku tetap mengizinkan anaknya untuk sekolah tatap muka bila sudah dibuka kembali.
Ditemui di area Balai Kota, Winarno yang merupakan ASN Pemerintah Kota Solo ini menjelaskan pihak sekolah (SD Kristen Manahan) sudah menjalankan protokol kesehatan dengan sangat ketat.
“Saya setuju ini libur dulu, kembali belajar online untuk mengurangi dampak lebih besar lagi. Selain itu tracing di SD Kristen Manahan lebih cepat, sehingga guru dan anak-anak yang tidak terpapar juga lebih bisa mengantisipasi,” terang Winarno.
Winarno mengatakan penundaan kembali PTM selama satu bulan bisa menjadi bahan evaluasi ke depan agar sekolah-sekolah bisa menyiapkan sesuai prokes dan orang tua murid lebih memantau anak-anaknya.
“Selama PTM anak saya antar jemput sendiri. Sekolah sudah menerapkan prokes ketat, sebelum masuk cek suhu, cuci tangan, mengisi daftar hadir, memakai masker, face shield dan jarak bangku juga diatur. Bisa jadi terpaparnya dari luar sekolah, kita kan ga tau ya anak main kemana dan prokesnya,” papar Winarno.
Winarno menyebut peran orang tua murid sangat penting untuk menjaga agar anak-anak tertib protokol kesehatan sehingga PTM dapat terus berjalan dengan lancar.
“Ya tergantung orang tuanya juga. Kalau orang tua membimbing anaknya untuk selalu taat prokes, tidak main kemana-mana apalagi abai prokes saya yakin anaknya juga tidak akan terpapar,” ujar Winarno.
Sementara itu, pengamat pendidikan yang juga Rektor UNS, Pro. Jamal Wiwaha menambahkan, pembelajaran tatap muka untuk anak-anak usia sekolah dasar yang belum di vaksin memang memiliki resiko yang tinggi.
“Ya kalau ada klaster SD ditutup itu masalah yang berbeda karena muridnya memang belum bisa di vaksin. PTM di UNS syaratnya juga harus vaksin agar tidak muncul klaster PTM di kampus,” ujar Prof. Jamal
Prof. Jamal menambahkan untuk kampus UNS, PTM baru berjalan dengan kuota 30%.
“Dari kelas yang seharusnya berisi 40 orang sekarang hanya diikuti 12 orang, lainnya tetap online. Tapi ada syaratnya, mahasiswa, dosen dan karyawan semua yang sudah vaksin,” tutur Prof. Jamal.