SOLO, MettaNEWS – Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kota Solo, mencoba mengembangkan peternakan ayam KUB, yakni ayam kampung unggul yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian. Uji coba ini bisa segera ditularkan ke masyarakat.
“Era sekarang, kalau mau beternak ayam kampung pasti susah. Tapi ayam KUB ini punya semua kualitas ayam kampung, ditambah kelebihan lain. Misalnya produksi telur di atas 70 persen, sementara ayam kampung biasa cuma 30 persen,” tutur Kepala Dinas, Aryo Widyandoko di kantornya, Selasa (9/11/2021).
Aryo menunjukkan kandang percobaan di belakang kantornya, sekitar 400 ekor ayam dikandangkan dengan sistem blok. Tiap blok seluas kira-kira 1 x 2 meter menampung seekor ayam pejantan dan lima ekor betina. Perbandingan itu cukup memberi harapan tingkat kemampuan menetas di atas 80 persen.
“Pakannya kita coba beri full pellet pabrikan. Tapi sebagian kita beri ransum tambahan berupa maggot, larva dari lalat hitam yang juga kita ternakkan di sini. Larva ini, saya kira kalau masyarakat mau membudidayakan, bisa menjadi sumber penghasilan sampingan. Selain, sangat membantu lingkungan. Ini dengan skala kecil saja, kami menyerap 50 persen volume sampah makanan dari salah satu hotel bintang lima di Solo,” paparnya.
Larva yang dimaksud Aryo berasal dari Black Soldier Fly (Hermetia illucen). Dalam sebuah jaring berukuran 2 x 2 x tinggi 2,5 meter, ratusan lalat diternakkan untuk diambil telurnya.
“Setelah menetas, kasih makan sampah makanan apa saja, di pasaran larva ini laku dijual sekitar Rp 7.000/kg,” ujar Aryo.
Aryo Widyandoko menyebut, Wali Kota Gibran Rakabuming menginginkan urban farming menjadi salah satu sarana menyejahterakan warga Kota Solo. Dengan keterbatasan lahan yang menjadi penghalang bagi banyak warga, beternak ayam KUB atau maggot adalah alternatif yang masuk akal.