SOLO, Metta NEWS – Mungkin tidak ada kesempatan besar sebaik periode saat ini untuk terus melakukan eksperimen baru lalu mengoptimalkannya dan melihat hasilnya. CEO dan Founder Azana Hotels & Resorts Dicky Sumarsono mengatakan saat ini dunia industri berada pada posisi yang mengagumkan dengan hebatnya tantangan yang harus di hadapi.
“Saat ini kita berada di zaman yang sangat mengagumkan, situasi yang paling hebat dalam sejarah yang dikelilingi oleh banyak peluang, yang dapat kita manfaatkan secara optimal, selama kita bisa menggeser alokasi sumber daya yang kita miliki ke wilayah yang memiliki peluang paling besar untuk tumbuh, sekarang siapapun yang bisa melihat serta membaca perubahan lebih cepat dan langsung mengaplikasikannya, maka mereka yang akan dapat lebih banyak,” papar Dicky di sela-sela acara Leader Conference 2021 dengan tema “Reap The Race For Today’s Biggest Challenge & Opportunity” pada akhir Oktober lalu di Front One Hotel Gresik.
Leader Conference 2021 diikuti sekitar 200 leader hotel Azana se-Indonesia yang terdiri dari General Manager, Dept. Head, termasuk beberapa owner hotel yang juga turut serta dalam acara tersebut.
Di acara conference tersebut Azana juga menampilkan tamu pembicara dari industri berbeda yang menjadi partner bisnis Azana yaitu Fera Atmaja, Chief Marketing Officer Bradztory dan Steven Leonardo, Area Manager Central Pegipegi.
Acara conference seperti ini secara rutin diadakan oleh Azana setiap tahun sekali selain untuk mengasah kepiawaian berfikir & bertindak para leader di Azana Hotel.
“Leader Conference ini menegaskan kembali tentang landscape bisnis hotel terbaru tahun 2022, merubah mindset seluruh leader yang terdiri dari spirituality, identity, values dan beliefs, atau yang sering kita sebut meningkatkan kapasitas bukan hanya sekedar memperbaiki kapabilitasnya saja, juga memberikan taktik cara scale up omset, sambil memberikan strategi bisnis terbaru untuk meraih keunggulan kompetitif yang signifikan, serta menangkap peluang bisnis baru di hotel industry yang hotel lain belum pikirkan,” papar Dicky.
Dicky mengungkapkan untuk scale up omset 61 Azana hotel di Indonesia adalah menciptakan suatu pencapaian dengan ukuran yang jauh lebih tinggi lagi dari sebelumnya serta mempertajam kemampuan untuk lebih berfungsi dalam jumlah yang berbeda dengan cara menciptakan new product untuk new market, atau existing product untuk new market, atau bisa juga existing market dengan multiple produk, atau dengan existing produk untuk menjangkau network yang lebih luas.
“Karena kita semua tahu bahwa semakin ke sini keunggulan kompetitif yang dimiliki hotel semakin pendek masa gunanya,” tandas Dicky.
Saat ini Azana mengelola 61 hotel di seluruh Indonesia, dengan brand Votel, Front One, Azana Style, The Azana Hotel, Azana Essence, dan beberapa white label brand seperti The Cube Hotel, De Laxston Hotel, Braling Grand Hotel, Façade Hotel, Grand Amira Hotel, dan Urban Style Hotel.
Dengan tingkat hunian sejak Agustus hingga November 2021 rata-rata berada di atas 70%, dan dengan pertumbuhan Azana hotel di Indonesia yang semakin rapid, ditambah masih ada sekitar 18 hotel lagi yang akan dioperasionalkan oleh Azana di tahun 2022, maka pada akhir tahun depan total Azana hotel optimis akan mengoperasikan sekitar 79 hotel.
“Saat ini Azana juga sedang mempersiapkan diri untuk melakukan merger dengan beberapa perusahaan teknologi dan juga perusahaan modal ventura untuk memperkuat ekosistem Azana Hotel di masa mendatang,” terang ahli perhotelan ini.
Dicky menyebut Azana selalu melakukan explorasi berbagai peluang, berinovasi, terus melakukan berbagai macam eksperimen setiap bulan.
“Yang harus selalu dilakukan dalam situasi ini adalah mengambil langkah baru yang super cepat dan berfokus meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan dengan terus menangkap peluang bisnis baru dari keinginan customer yang belum terpenuhi, karena customer is a moving target yang keinginannya sangat cepat berubah,” jelasnya.
Menyadari landscape bisnis hotel saat ini bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, telah terjadi yang namanya VUCA (Volatile, Uncertain, Complexity, dan Ambiguity), menurut Dicky harus ditandingi juga dengan VUCA juga yang artinya Vision, Understanding, Clarity, dan Agility.
“Kita optimis penanganan covid 19 di Indonesia kian membaik, ini akan meningkatkan frekuensi kegiatan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata maupun bisnis yang pada akhirnya berdampak sangat positif pada dunia usaha,” tutur Dicky.
Ia mengatakan tanda-tanda akselerasi pemulihan industry hotel secara nasional semakin terlihat jelas sejak September 2021 lalu, hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan tingkat kunjungan turis domestik, pemesanan tiket pesawat yang tinggi, jadwal kereta api yang mulai normal, padatnya arus lalu lintas, aktivitas objek wisata yang mulai ramai, serta aktivitas yang dilakukan di hotel juga tingkat hunian yang naik tajam.
“Pasar domestik Indonesia sangatlah kuat, cukup besar untuk membantu recovery industry pariwisata dan perhotelan Indonesia. Optimisme kita harus semakin tinggi bahwa di tahun 2022 pasar domestik akan pulih, bisnis hotel akan kembali menggeliat di tahun 2022,” tegas Dicky.
Di acara tersebut Dicky meminta kepada para leader untuk membangun momentum yang luar biasa ini secara optimal dengan mengikuti perubahan perilaku customer, mengidentifikasi peluang baru secara terus menerus, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, merubah cara kerja tim, menyesuaikan portfolio produk, melakukan experiment ke chanel-chanel baru (online & offline), berfokus hanya di pasar yang gemuk dan tumbuh saja, serta mengoptimalkan aspek digital.
“Pastikan strategi dan intuisi bisnis kita terasah & relevan dengan kondisi terkini, teruslah bergerak karena sekali lagi momentum ini hanya bisa diraih oleh mereka yang melihat & membaca change lebih cepat serta bergerak super cepat,” jela Dicky dihadapan seluruh leader.
Yang mendesak saat ini dan harus segera dilakukan kata Dicky adalah menjebol pemikiran terbatas karena pikiran itu menentukan tindakan, dan tindakan tentu menentukan hasil.
Pada kesempatan lain di acara Leader Conference tersebut, Dicky juga menyampaikan bahwa leader di hotel bukan hanya sekedar memikirikan omset saja tetapi juga aset penting yang berupa brand, customer, network, database, kolaborasi, dan super team.
Dicky menegaskan, hotel yang akan sukses kedepannya adalah bukan hotel yang paling besar dan paling bagus dengan karyawan yang paling lengkap, melainkan hotel yang paling mengerti customer yang bisa mengantisipasi segala kebutuhan customer dan yang bisa menyajikan solusi untuk customer bahkan sebelum customer tersebut memintanya, jadi inovasinya tidak terfokus pada pesaing dan teknologi namun lebih ke pendekatan human / customer centric.
“Golden moment of hospitality industry sudah siap kita jelang. Namun hanya mereka yang tidak menunda, yang punya kekuatan daya tangkap, tetap membangun momentum, punya strategi bisnis yang inovatif, mindset yang explorative dan adaptif yang akan meraih manisnya masa ini,” pungkas Dicky.