Solo, MettaNews – Tuntutan zaman, Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) harus mampu mencetak lulusan yang kompeten dan siap kerja. Dua sekolah di Solo dan Wonogiri, memanfaatkan Teaching Factory yang memungkinkan siswa merasakan suasana dunia kerja saat masih di bangku pendidikan.
“Kami menerapkan Teaching factory atau sering disebut Tefa, model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti di industri,” ujar Putra Jaya, Kepala SMK Negeri 1 Pracimantoro, Wonogiri, dalam siaran pers Selasa (24/8/2021).
Pelaksanaan Tefa menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Tefa dilakukan pada kelas XI Perhotelan dengan menggunakan sistem blok. Sistem ini memungkinkan pelaksanaan praktik pembelajaran mendapatkan porsi waktu penuh. Kompetensi yang dibidik pada bidang perhotelan antara lain room service, front office, housekeeping dan laundry.
Uji pelaksanaan bertujuan mempersiapkan siswa menjadi lulusan siap kerja dengan membawa soft skill maupun hard skill yang sudah terasah di sekolah. Selain itu, terdapat project base learning yang melibatkan berbagai industri dan guru tamu dengan ketentuan 50 jam/semeseter, juga pelatihan magang bagi guru agar nantinya dapat mengajarkan kembali apa yang sudah dilakukan kepada siswa.
“Dengan diaplikasikannya teaching factory diharapkan siswa dapat menjadi lulusan yang berkompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja, memiliki kompetensi yang andal, soft skill dan hard skill yang terus berkembang serta jiwa yang terus berjuang,” imbuh Putra Jaya.
Sekolah lain yang menerapkan Tefa adalah SMKN 1 Surakarta. Sekolah ini memiliki empat kompetensi keahlian yakni Multimedia, Bisnis Daring dan Pemasaran, Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran serta Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga.
Pelaksanaan Tefa di SMKN 1 Surakarta, terdapat program magang bagi guru seperti magang di TATV, Gmc Animasi 3D dan Gage Design yang menghasilkan kaos sablon, sticker dan sablon masker. Produk tersebut dipasarkan melalui platform Tukuya.id, sebagai proses pelatihan yang dapat dikembangkan oleh guru untuk peserta didik. Tujuannya agar mereka tidak sekadar memahami teori namun juga praktik di lapangan.
Setahun terakhir, SMKN 1 Surakarta menjadi juara 1 LKS Bisnis Daring dan Pemasaran tingkat kota Surakarta, Juara 2 Poster Infografis Sekolah Center of Excellence (CoE) tingkat nasional dan Juara 3 LKS Akuntansi dan Keuangan Lembaga tingkat kota Surakarta.
“Maka dapat disimpulkan dengan adanya program Tefa di mana sinergi antara tenaga pendidik dengan peserta didik harus semakin kuat untuk mendapatkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja saat ini,” ucap Siaga Purnomo, Kepala SMKN 1 Surakarta.
Melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia bekerja sama dengan Dyandra Academy (PT Dyandra Promosindo) menghadirkan Digital Marketing Development Program dalam hal ini untuk pengembangan kemampuan praktis guru dan tenaga pendidik SMK di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya pada tanggal 14 – 25 Juni 2021.
Program pengembangan ini memberikan kesempatan kepada kepala dan guru sekolah untuk menerapkan strategi komunikasi yang efektif kepada stakeholders untuk memberikan informasi mengenai keahlian, keunggulan dan prestasi yang ada di sekolah.
Dalam penerapannya, SMKN 1 Sukarta memanfaatkan Youtube melalui Podcast Saska dikemas secara menarik yang berisi informasi prestasi yang diraih, cerita alumni hingga alasan kenapa harus SMKN 1 Surakarta. Strategi digital marketing juga dijalankan oleh SMKN 1 Pracimantoro melalui platform Instagram sebagai sarana untuk memberikan informasi keunggulan SMK serta kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
“Dengan menerapkan digital marketing dapat mendukung Program Link and Match yang telah dibuat untuk bersinergi antara pendidikan vokasi dengan dunia industri guna meningkatkan penyerapan lulusan sekolah vokasi kedepannya,” tutup Rumpoko, Director Dyandra Academy. Ari Kristyono