Kirab Boyong Kedaton HUT ke-278 Kota Solo Melibatkan 200 Peserta Dengan Sentuhan Kekinian

oleh
Kirab Boyong Kedaton
Penutupan Kirab Boyong Kedaton HUT ke-278 Kota Solo di halaman Balai Kota Solo, Jumat (17/2/2023) | MettaNEWS / Adinda Wardani

SOLO, MettaNEWS – Prosesi Kirab Boyong Kedaton HUT ke-298 Kota Solo berlangsung dari Koridor Gatot Subroto sampai Balai Kota Solo, Jumat (17/2/2023) sore. Ada 200 peserta yang terlibat dalam prosesi yang menceritakan Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta ini.

Prosesi yang menggambarkan lahirnya Kota Solo ini berlangsung pukul 15.30 WIB hingga 17.00 WIB. Balai Kota Solo menjadi lokasi puncak acara ini. Peserta kirab terdiri dari para seniman budaya Kota Solo, komunitas Mataya Art and Heritage dan SMKI Kota Solo.

Panitia Boyong Kedaton, Heru Mataya mengatakan terdapat sentuhan kekinian dalam urut-urutan baku Kirab Boyong Kedaton ini.

“Tata urutannya sesuai dengan tradisi yang ada tapi ada pengembangan yang kita sesuaikan dengan kondisi kekinian. Harapannya Boyong Kedaton ini melambangkan tentang hari ulang tahun Kota Solo. Semoga Solo menjadi lebih cerah dan sejahtera masyarakatnya,” tutur Heru.

Kirab Boyong Kedaton dihadiri Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa dan jajaran Forkopimda. Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka absen dalam acara ini lantaran meninjau sejumlah lokasi banjir.

Ditemui usai acara, Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa mengatakan Kirab Boyong Kedaton merupakan penjabaran kejadian budaya yang kini dicampur dengan kreativitas dan inovasi. Namun dengan tidak menghilangkan makna dari prosesi ini.

“Kirab ini bisa mendapat sentuhan kreativitas maupun inovasi tapi makna dari sejarah itu tidak hilang. Narasinya dibacakan kemudian diimplementasikan dengan campuran musik kekinian dan gamelan. Ya kita sesuaikan dengan zamannya tetapi narasi itu tidak akan hilang bahwa Mataram pindah dari Kartasura ke Surakarta,” ujar Teguh.

Teguh mengatakan HUT ke-278 ini menjadikan Kota Solo Metamorfosa Kota Budaya. Artinya bahwa budaya itu selalu berkembang tetapi tidak pernah meninggalkan karakter yang sudah ada.

“Budaya ini bisa berkembang sedemikian rupa artinya ada campuran dari budaya mungkin ada Cina pasukan Pakubuwono 2 ada prajurit Belanda misalnya. Itu bagian merupakan pernak-pernik sejarah dan tidak boleh hilang dan akan kami lakukan terus,” tukasnya.