SOLO, Metta NEWS – Sejumlah pemilik toko dan pelaku usaha yang berada di koridor Gatot Subroto merasa khawatir terkait penataan Gatot Subroto – Ngarsopuro. Mereka juga mengirimkan surat penolakan kepada Wali Kota Solo Gibran Rakabuming.
Penolakan para pelaku usaha dan pemilik pertokoan ini khawatir apabila penataan kawasan Gatot Subroto tersebut akan menimbulkan masalah bagi toko-toko permanen yang sudah lama buka usaha di kawasan tersebut.
Salah seorang pelaku usaha, Bob (56 tahun) menjelaskan sebanyak 25 pemilik usaha menandatangani surat keberatan dan sudah diserahkan ke Wali Kota Gibran.
“Kalau mau dibuat seperti night market Ngarsopuro itu jam 10 pagi sudah mulai pasang tenda biarpun kendaraan masih bisa lewat tapi di situ emang ngga ada toko, lha ini kan kita pertokoan semua, pasti akan terganggu juga parkirnya,” tandas Bob ketika ditemui di tokonya, Senin (20/12).
Bob menegaskan, ia dan puluhan toko lain merasa keberatan jika setiap Sabtu dan Minggu koridor Gatsu dibuat seperti Ngarsopuro. Pihak Pemerintah Kota Solo sendiri lanjut Bob sudah pernah memanggil para pelaku usaha namun baru terkait penataan taman sepanjang Gatot Subroto.
“Kalau masalah pot mau di ganti, di perbagis ya monggo. Yang kita keberatan sih terus terang jam 5 sore kami sudah tutup toko, pagi itu kan saatnya kami cari duit. Apalagi Sabtu Minggu kita wayahe cari duit ada orang pasang tenda, mobil memang bisa jalan tapi mana bisa parkir itu,” tutur Bob.
Bob mengungkapkan, surat keberatan tersebut dikirimkan ke kantor Wali Kota pada 4 Desember 2021 dengan inti keberatan mengenai pemasangan tenda.
“25 orang keberatan kalau dipasangin tenda-tenda gitu. Kalau ceritanya dibikin night market kayak Ngarsopuro dulu kan pasti ada tenda-tenda gitu kan. Harapan kami dari pedagang ya kalau Ngarsopuro emang punya pemerintah tidak ada orang yang punya toko di situ. Ini kami sudah susah apalagi corona gini cari duit sulit tolong jangan ditambah susah lagi,” harap Bob.
Pemilik toko yang lain, Ratna (65 tahun) menambahkan dirinya tidak keberatan akan rencana penertiban dari pemerintah kota asalkan hal tersebut tidak mengganggu pelaku usaha yang sudah lama mencari nafkah di kawasan tersebut.
“Kalau ditertibkan sebetule mau-mau saja, di sini ga hanya toko lho, ada rumah juga nanti kalau yang punya rumah ada kepentingan pergi mobilnya tidak bisa keluar karena ketutupan pedagang ya ganggu banget. Terus terang aja kita keberatan kalau itu,” tutur Ratna.
Ia juga mengeluhkan penataan perubahan parkir mobil yang awalnya serong menjadi lurus searah jalan.
“Parkiran mobil dibuat lurus semua ini aja kita terdampak banget kok. Ndak bisa muat banyak mobil, kalau gini kurang efektif. Orang mau turun ga dapat parkir muter lagi, tetap ga dapat parkir ya ga jadi lah pilih beli di tempat lain,” tandas Ratna.