SOLO, Metta NEWS – Afternoon tea merupakan tradisi masyarakat Inggris untuk menikmati teh. Aneka jenis teh yang diseduh biasanya dinikmati antara waktu siang menjelang sore. Dilengkapi dengan sandwich, scone hingga kue atau cake lainnya. Menurut sejarahnya, afternoon tea adalah kebiasaan ngeteh para bangsawan Inggris pada tahun 1800-an.
Alila Solo mengangkat tradisi minum teh di siang hari ini dengan konsep “Elegant Indonesian Afternoon Tea”, yakni mengembangkan budaya ke dalam gaya hidup di era baru dengan menikmati citarasa lokal bergaya kontemporer.
Public Relation & Event Manager Alila SOlo, Tesa Pujiastuti mengatakan, untuk mendampingi Elegant Indonesian Afternoon Tea Alila menghadirkan menu-menu asli daerah yang terkenal.
“Menu-menu andalan nusantara seperti rendang sapi, tahu gimbal, lemper, klepon, dawet solo dan es kelapa selama ini menjadi menu makan siang favorit di Indonesia. Menu Indonesia banget ini kami sajikan dengan konsep lebih ringan dan atraktif, dipadukan dengan gaya minum teh yang elegan, membuat suasana menjadi lebih santai,” tutur Tesa.
Pilihan populer untuk suasana tropis ini mendatangkan getaran menawan untuk para tamu agar bisa menikmati cita rasa pilihan, citarasa yang memikat lidah dengan beragam hidangan populer Indonesia dengan sajian lokal yang lebih modern.
Elegant Indonesian Afternoon Tea bisa dinikmati setiap hari di Epice Restaurant atau Largo Pool Side hanya dengan Rp 118.000++ / orang, mulai dari pukul 12.00 hingga 17.00.
Selain menu – menu khas pilihan, paduan teh yang menjadi signature adalah Sekar Kedaton yang berarti “Kecantikan Kerajaan” dan biasanya digunakan untuk menyebut putri sulung raja di kerajaan Jawa kuno.
“Perpaduan mewah menggabungkan teh putih, teh hijau, kelopak mawar, bunga melati dan rempah-rempah Indonesia yang eksotis. Menawarkan keharuman yang dalam dan aroma eksotis yang sempurna. Selain itu ada juga Royal Princess yang berarti “Menenangkan dan Santai” merupakan salah satu budaya teh di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” terang Tesa.
Tesa mengungkapkan berbeda dengan teh melati lainnya, resep putri kerajaan diturunkan dari generasi ke generasi. Proses panjang yang kompleks, menghasilkan infus warna merah tembaga dengan aroma melati yang indah.
“Rangkaian afternoon tea ini menghadirkan signature mixologist tea Butterfly Pea Tea yang terinspirasi oleh budaya lokal kami di mana kacang kupu-kupu atau “Bunga Telang” digunakan sebagai pewarna organik makanan dan tumbuh di kebun milik Alila sendiri, menciptakan warna yang unik ketika menambahkan beberapa bahan seperti lemon, itu berubah menjadi magenta cerah dan minuman berkarbonasi berubah menjadi warna merah muda,” urai Tesa.
Tesa menambahkan untuk Pandanus Lychee Tea, menggunakan daun pandan wangi yang harum dan sering digunakan untuk penyedap masakan di Asia Tenggara.
“Pandanus Lychee Tea ini dipadukan dengan teh hitam dan buah leci yang sangat segar dinikmati untuk iklim tropis di Indonesia khususnya Kota Solo,” ujar Tesa.