Dari Rumput Mendong, Desa Sringin Karanganyar Berharap Lebih Sejahtera

oleh
Warga Desa Sringin, Kecamatan Jumantono, Karanganyar dengan beragam produk kerajinan rumput mendong hasil binaan tim P3D ISI Surakarta | dok tim P3D ISI Surakarta
Warga Desa Sringin, Kecamatan Jumantono, Karanganyar dengan beragam produk kerajinan rumput mendong hasil binaan tim P3D ISI Surakarta | dok tim P3D ISI Surakarta

KARANGANYAR, MettaNews – Sringin, nama desa di ujung timur Kecamatan Jumantono, Karanganyar. Mayoritas warganya yang berjumlah hampir 6.000 orang, adalah petani. Di sela-sela bertani, sebagian warga di sana menganyam tikar mendong. Merasa ingin berpartisipasi, sekelompok mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menawarkan perubahan, rumput mendong tak sekadar jadi tikar.

“Kalau dijual, harga selembar tikar tak seberapa. Maka kami ajak para perajin mendong membuat produk yang lebih bervariasi. Misalnya membuat sabuk, wadah tisu, kotak aksesoris, kotak souvenir, dan sebagainya,” ujar Roni Kesuma, mahasiswa ISI Surakarta yang juga putra asli Desa Sringin,

Roni kepada MettaNews menuturkan, sejak kecil dia melihat tetangganya menganyam tikar mendong sebagai kegiatan sambilan di luar bertani. Rumput mendong, memang tidak tumbuh di Sringin, adanya di wilayah Malang atau Purworejo. Namun, warga mudah membelinya di pasar-pasar di sekitar Jumantono,  Matesih atau Karanganyar.

“Sekarang masih ada kira-kira 20 perajin, tapi rata-rata sudah sepuh. Saya coba mengajak warga yang lebih muda, meningkatkan potensi yang ada, dengan variasi produk. Tampaknya warga bisa menyambut gagasan ini dengan cukup baik,” imbuhnya.

Gagasan itu oleh Roni diajukan ke Program Holistik Pembinaan Desa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020. Roni, bersama tim dari Program Pengembangan Pemberdayaan Desa ISI Surakarta, mendapat fasilitas selama enam bulan.

“Ini semacam Kuliah Kerja Nyata, tapi sedikit lebih lama. Juga hanya fokus pada satu bidang saja. Selama enam bulan itu tim berhasil mengubah dan mengembangkan produk tikar mendong menjadi lebih bervariasi,” terang Roni.

Program Berlanjut

Roni mengaku kaget campur senang, tahun 2021 ini dia tidak mengira, Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa kembali memilih kelompoknya untuk melanjutkan pembinaan perajin mendong di desanya.

“Risikonya, saya sudah semester IX, harusnya lulus kemarin. Terpaksa mendunda lulus demi melanjutkan program ini. Masalah produksi sudah beres, kali ini fokus ke pascaproduksi seperti pemasaran dan sebagainya,” ujarnya.

Dalam program tahun 2020, telah mewujud beberapa kelompok, yakni kelompok yang fokus mengolah bahan mentah menjadi produk setengah jadi, kelompok yang fokus memproduksi bahan setengah jadi menjadi barang inovasi baru, dan kelompok yang fokus pada finishing atau mengemas menjadi produk siap pakai.

Untuk tahun ini, beberapa indikator keberhasilan adalah UMKM Mendong Sringin yang berbadan hukum, jumlah penjualan produk mendong mencapai target dengan struktur administrasi yang baik, lapangan pekerjaan untuk masyarakat usia produktif, kerja sama internal maupun eksternal meningkat. Selainitu, akan menerbitkan luaran wajib buku Panduan Pemberdayaan Desa berISBN oleh tim P3D ISI Surakarta sehingga membantu pemerintah desa dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa).