BANYAK orang menyepelekan batuk. Yang ada di pikiran mereka adalah batuk bisa sembuh sendiri. Padahal, batuk bisa jadi indikasi gangguan kesehatan yang serius, termasuk COVID-19.
Dikutip dari website alodokter, penting untuk diketahui bahwa penanganan batuk perlu disesuaikan dengan jenis batuk dan penyebabnya. Ada dua jenis batuk, yaitu batuk kering dan batuk berdahak, sedangkan penyebabnya dapat berupa penyakit noninfeksi, seperti asma dan alergi, bisa juga berupa infeksi, seperti flu atau COVID-19.
Pada batuk biasa maupun COVID-19 dengan gejala ringan, langkah pengobatan hanya bersifat simtomatik atau untuk meredakan gejala saja. Oleh karena itu, penggunaan obat batuk bisa dilakukan untuk mengatasi gejala batuk akibat COVID-19.
Menurut sejumlah riset, obat batuk jenis antitusif, seperti dekstrometorfan, dinilai dapat mengatasi batuk kering pada batuk biasa dan batuk gejala COVID-19. Tak hanya itu, kombinasi obat dekstrometorfan dengan guaifenesin pun diketahui bisa mengobati batuk akibat flu dan COVID-19 yang disertai dahak.
“Anda juga bisa mengonsumsi obat pereda nyeri, misalnya paracetamol, untuk mengurangi nyeri otot dan sakit kepala, baik akibat flu maupun COVID-19. Paracetamol juga dapat dikonsumsi untuk meredakan demam,” ujar ahli di alodokter,
Selain beberapa jenis obat di atas, obat-obatan lain, seperti pseudoefedrin dan klorfeniramin maleat, juga bisa dikonsumsi untuk mengatasi gejala batuk yang disertai pilek atau hidung tersumbat.
Penting untuk diketahui, penggunaan antibiotik dinilai kurang efektif karena tidak dapat mengatasi batuk yang disebabkan infeksi virus. Sementara pada kasus batuk yang merupakan gejala COVID-19, kemungkinan diperlukan pengobatan antivirus dari dokter, seperti remdesivir.*