JAKARTA, Batuk bisa jadi indikasi seseorang terjangkit COVID-19. Banyak yang langsung panik saat sakit batuk karena takut terpapar COVID-19. Padahal, bisa saja batuknya itu biasa dan bukan karena COVID.
Dikutip dari website alodokter pada Selasa (21/12/2021), batuk biasa dan batuk gejala COVID-19 memang tampak mirip. Padahal, ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Pasalnya, jenis batuk biasa akibat flu dan COVID-19 umumnya sama, yaitu batuk kering. Namun, gejala batuk biasa akibat flu terkadang juga bisa berupa batuk berdahak.
Selain itu, batuk biasa dan batuk gejala COVID-19 juga memiliki tanda dan gejala penyerta yang mirip, seperti demam, sakit tenggorokan, dan hidung tersumbat.
Meski begitu, kedua kondisi batuk tersebut perlu segera diobati guna mencegah risiko penularan penyakit COVID-19 dan mencegah gejala COVID-19 atau flu menjadi lebih parah.
Perbedaan Batuk Biasa dan Batuk Gejala COVID-19
Disebutkan ahli, berdasarkan penyebabnya, hal pertama yang membedakan batuk biasa dan batuk gejala COVID-19 adalah penyebabnya. Umumnya, batuk biasa bisa disebabkan oleh flu, misalnya karena virus influenza atau rhinovirus, sedangkan batuk gejala COVID-19 disebabkan oleh virus Corona.
Sementara itu, lamanya waktu hingga muncul gejala batuk pun berbeda. Batuk flu biasanya baru muncul selama 1–3 hari setelah terpapar virus, sedangkan batuk gejala COVID-19 sekitar 2–14 hari.
Walau berbeda, cara penularan kedua batuk ini tetap sama, yaitu melalui udara, percikan liur dan ingus (droplet), dan kontak fisik dengan orang yang sakit.
Kemudian berdasarkan komplikasi yang dapat ditimbulkan, batuk biasa akibat flu dapat sembuh dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, bila batuk yang Anda derita telah berlangsung lebih dari 3 minggu, batuk tersebut sudah dikategorikan sebagai batuk kronis. Batuk yang lama sembuh ini lebih sering terjadi pada penderita asma, COPD, atau sinusitis.
“Di sisi lain, COVID-19 yang menimbulkan gejala batuk juga berpotensi menimbulkan komplikasi berupa pneumonia dan ARDS. Namun, risiko terjadinya komplikasi tersebut lebih tinggi pada penderita yang belum mendapatkan vaksin COVID-19, memiliki penyakit komorbid, atau berusia lanjut,” ujar ahli.*