SOLO, Metta NEWS – PPKM Level 2, Solo bersiap menyambut gelombang wisatawan yang mulai masuk ke Solo. Pemerintah Kota bersama dengan Keraton menggelar Workshop dan Pelatihan Koreografi Atraksi Budaya Prajurit Solo. Pelatihan diadakan selama dua hari, Rabu-Kamis (13-14/10) di Taman Balekambang Solo.
Ditemui di Taman Balekambang saat meninjau pelatihan prajurit, Pengageng Parentah Keraton Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo memaparkan latihan ini merupakan tindak lanjut dari berbagai workshop yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata Bidang Atraksi Budaya.
“Kami mendapat arahan, atraksi budaya ini di Keraton dan Mangkunegaran adalah dari prajurit. Ada beberapa formasi untuk prajurit ini seperti formasi pergantian jaga, defile dan gelar tempur seperti Garuda Nglayang, Supit Urang, Naga dan yang lainnya,” jelas Dipokusumo.
Dipokusumo menjelaskan, pada awal workshop ini, beberapa prajurit Kasunanan yang dilibatkan dari satuan Bregada Tamtama, Bregada Musik, Jayengastra, Doropati, Sorogeni dan Jayasura.
“Nantinya atraksi prajurit ini akan ditampilkan setiap waktu tertentu terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Dengan melihat situasi misalnya yang ditampilkan formasi penjagaan saja atau defile,” terang Dipokusumo.
Ia mengungkapkan dari atraksi prajurit ini bertujuan untuk melihat adanya kecenderungan wisata baru dalam new normal yakni virtual tourism. Dengan virtual tourism penampilan atraksi ini bisa menjadi daya tarik dan berkembang di sosial media.
“Misalnya para netizen foto dengan para prajurit, kemudian mencari info tentang prajurit, tentang keraton. Intinya ini nanti akan menjadi daya tarik wisata khususnya wisata virtual tourism yang berkaitan dengan MICE tourism. MICE tourism ini juga akan mendatangkan banyak wisatawan,” tandas KGPH Dipokusumo.
Berkolaborasi dengan Pemkot surakarta, nantinya prajurit ini akan ditugaskan di tempat dan jalur yang menjadi daya tarik wisata.
“Tanggal 30 Oktober nanti akan kita tampilkan, uji coba sampai bulan Desember, kita lihat tanggapan masyarakat, kita evaluasi. Tahap uji coba ini akan ditampilkan seminggu sekali setiap hari Sabtu sore,” tutur Dipokusumo.
Artistic Director Workshop Atraksi Budaya Prajurit, Heru Mataya menambahkan program dari Kementerian Pariwisata ini bekerja sama dengan Pemkot agar atraksi prajurit keraton ini bisa ditampilkan kembali secara rutin.
“Bukan hanya di Keraton Surakarta, Solo juga punya banyak destinasi yang mestinya juga harus ada penanda-penandanya. Salah satu penandanya ya prajurit ini dengan kostum kreasi baru,” jelas Heru.
Heru menuturkan dalam program ini menggandeng desainer Uzi Fauziah untuk mendesain kostum yang akan dikenakan oleh para prajurit di tempat-tempat ikonik di Solo nantinya.
“Ada 6 destinasi selain keraton yaitu di Balai Kota, Pasar Klewer, Pasar Gede, Koridor Jenderal Sudirman, Gladak dan Kauman, akan ada 6-8 prajurit yang berjaga. Ini memang kawasan-kawasan bersejarah dan penting bagi kota Solo,” ujar Heru.
Ia memaparkan setiap destinasi para prajurit mengenakan kostum yang berbeda-beda. Artinya lanjut Heru, kostum tidak sama dengan keraton tapi coba dikembangkan kembali.
“jadi sumber tradisinya jelas tapi di mata fashion desainer bisa dikembangkan lebih kreatif lagi. Karena ini kaitannya dengan atraksi wisata jadi biar lebih menarik,” terangnya.
Peserta pelatihan prajurit ini melibatkan 40 orang yang mendaftar audisi. Heru mengatakan untuk peserta pihaknya bekerja sama dengan Kelompok Sadar Wisata di kelurahan-kelurahan di Solo.
“Ini menarik karena program ini sinergi kolaboratif. Artinya dari Keraton Surakarta sebagai sumber inspirasi biar ilmu-ilmu prajurit ini bisa diwariskan pada anak-anak muda Kota Solo. Ini sekaligus sebagai geliat pariwisata di Solo pasca pandemi,”
Tidak hanya menyuguhkan atraksi, nanti prajurit ini juga akan diposisikan sebagai duta protokol kesehatan.
“Yang menarik karena ini masa pandemi mereka juga menjadi semacam prajurit duta prokes. Misalnya nanti di Pasar Gede ada yang tidak pakai masker, nanti prajurit ini juga akan mengingatkan, jadi menjadi penyadaran juga pada masyarakat. Nanti misal di Kauman ada wisatawan berkerumun, mereka akan mengingatkan dengan bahasa yang santun dan berpakaian prajurit. Jadi ini cara khas wong Solo untuk kampanye prokes dengan cara-cara berbudaya,” pungkas Heru.