SOLO, Metta NEWS – Minat baca orang Indonesia yang sangat rendah menjadi keprihatinan dan menarik perhatian berbagai pihak, termasuk kalangan pengusaha yang tergabung dalam Komunitas Bisnis Tangan Di Atas (TDA) Solo Raya. Sebab, ternyata masih banyak pelaku usaha, utamanya anggota TDA, yang masih malas membaca.
Hal ini sesuai dengan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.
Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. Karena itulah, TDA Solo Raya menggelar Workshop Membaca Cepat yang digelar di Pop Hotel Solo, Rabu (29/9) untuk meningkatkan minat baca dari kalangan pelaku usaha.
“Padahal, pengusaha juga harus rajin membaca buku, untuk meningkatkan kapasitas dirinya sebagai personal dan sebagai pelaku usaha,” kata Ketua TDA Soloraya, Ali Effendi saat ditemui di sela-sela acara.
Menurut Ali, pelaku usaha sebenarnya sadar pentingnya membaca buku untuk peningkatan diri. Akan tetapi banyak pelaku usaha yang sibuk menjalankan bisnisnya, sehingga tidak punya waktu untuk membaca buku.
“Workshop Speed Reading ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi pengusaha yang sibuk, agar tetap bisa membaca buku, memahami buku, dalam jangka waktu yang singkat,” katanya.
Workshop tersebut diikuti oleh sekitar 25 pemilik usaha di wilayah Solo Raya. Salah satu peserta workshop, Aryo Barotal, mengakui bahwa dirinya terbilang jarang membaca.
“Dalam satu tahun belakangan ini saya hanya membaca dua judul buku saja. Memang sangat sedikit jumlahnya,” ujar Aryo.
Padahal dia sudah memiliki keinginan dan bahkan sudah mempunyai list buku-buku yang ingin dia baca. Hanya saja karena kesibukan dalam mengelola bisnisnya, Aryo tidak sempat membaca buku. Harapannya, dengan mengikuti workshop speed reading, dirinya bisa membaca buku lebih cepat dan tetap menguasai isi buku tersebut, sehingga makin banyak jumlah buku yang bisa ia baca.
Pembicara dalam Workshop Speed Reading, Parikesit menjelaskan, tujuan dari metode speed reading adalah agar orang bisa membaca buku, memahami 100% isi buku, bahkan bisa menjelaskan isi buku kepada orang lain dalam waktu sangat singkat.
“Dengan metode speed reading ini satu buku, bisa selesai dibaca dan dipahami isinya hanya dalam waktu sekitar dua jam saja,” jelas Parikesit.
Inti dari metode speed reading, lanjut Parikesit, adalah konsentrasi penuh saat membaca sebuah buku, seperti halnya dalam kondisi terhipnotis oleh buku. Artinya, pembaca buku sangat fokus kepada isi dari buku dan tidak terganggu hal dan pikiran lain.
“Intinya bagaimana kita memasukkan materi dari buku ke pikiran bawah sadar, kemudian di aktivasi ke pikiran sadar kita,” jelasnya.
Secara teknis, lanjut dia, metode membaca cepat ini seperti menghilangkan langkah-langkah yang tidak perlu dalam proses membaca, namun tidak mengurangi esensi dari buku yang dibaca.
“Misalnya, kita tidak perlu membaca kata per kata, tidak perlu melafalkan apa yang kita baca, tidak perlu juga baca penuh dari kiri ke kanan. Jadi bisa membaca lebih cepat,” urainya.
Dengan metode tersebut, bahkan untuk memahami satu halaman buku kita hanya perlu membaca seperempat bagian dari buku saja.
“Harapannya kita bisa meningkatkan minat baca minimal dari lingkaran kecil orang – orang di sekitar kita dulu,” pungkas Parikesit.