Tingkatkan Ekonomi Perajin Batik Girilayu, Bank Indonesia Gelar Pelatihan Diversifikasi Produk

oleh
oleh
batik
Karya pengrajin batik Girilayu | Foto : dok Bank Indonesia Solo

SOLO, Metta NEWS – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo menyelenggarakan pelatihan “Diversifikasi Produk” untuk Paguyuban Batik Giriarum,  Selasa (5/10) di Ruang Serba Guna Balai Desa Girilayu Matesih Karanganyar. 

Pelatihan dengan 61 peserta ini merupakan pelatihan seri ke-3 setelah sebelumnya dilaksanakan pelatihan “Manajemen Keuangan Usaha & Pribadi”, serta pelatihan “Peningkatan Jiwa Kewirausahaan”. 

Penyelenggaraan serangkaian pelatihan untuk Paguyuban Batik Giriarum tersebut merupakan Program Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Berbasis Kelompok Subsistence yang diinisiasi Bank Indonesia bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan Rumah Zakat sebagai implementing partner. 

Program UMKM Subsistence ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kewirausahaan dan peningkatan literasi keuangan, sehingga masyarakat Girilayu dapat lebih mandiri karena saat ini sebagian besar masih menjadi penerima program bantuan sosial dari Pemerintah. 

Program UMKM Subsistence juga merupakan pilot project Bank Indonesia dan baru diterapkan di 8 (delapan) wilayah se-Indonesia termasuk di Karanganyar. 

“Pelatihan kali ini memilih tema Diversifikasi Produk karena sangat kontekstual dengan kondisi pasar saat ini karena batik tidak hanya memiliki nilai historikal, namun juga memiliki nilai ekspor tinggi bahkan bertumbuh di masa pandemi. Pertumbuhan nilai ekspor batik ini terutama pada produk batik yang didiversifikasi,” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo, Selasa (5/10). 

Nugroho Joko memaparkan berdasarkan potensi tersebut industri kerajinan dan batik menjadi  salah satu sektor yang dapat menjadi penopang Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sehingga perlu mendapat dukungan dari Pemerintah, otoritas dan stakeholder terkait.

“Saat ini batik sudah berkembang pesat dengan adanya berbagai diversifikasi produk turunannya yang cocok dipakai dalam berbagai acara dan memiliki berbagai fungsi. Karya-karya batik para perancang busana Indonesia tidak lagi hanya berupa kain sarung, baju perhelatan ritual tetapi juga bisa dibuat menjadi koleksi busana yang cantik dan pernak-pernik atau aksesoris yang dikenakan masyarakat luas diantaranya sepatu, tas, dasi, hingga masker,” papar Nugroho Joko. 

Nugroho Joko menambahkan penggunaan batik saat ini semakin luas. Bisa dipakai di acara resmi maupun santai, tergantung dari motif dan desainnya. 

“Tidak hanya untuk fashion, batik juga digunakan untuk berbagai kerajinan dekorasi, antara lain sarung bantal, taplak dan dekorasi rumah lainnya. Hal ini menjadikan pangsa pasar batik semakin luas dan dinamis, yang dulunya hanya dipakai oleh kalangan kalangan raja, pejabat pemerintah, dan para pembesar, sekarang batik telah menjadi trending fashion kaum milenial dan dipakai masyarakat umum,” terang Nugroho Joko. 

Sementara itu, narasumber pelatihan dari Komunitas Pelanusa, Endahing Nor Suryanti menyebut batik mempunyai potensi yang sangat besar dengan pasar yang jelas. 

“Ada wisata batik, wisata penunjang yang lain jadi ada kedatangan wisatawan. Pengrajin batik Girilayu ini harus terus di motivasi agar bisa bergerak produktif. Jadi dengan keberadaan pengrajin batik itu modal awal, tinggal mau membidik pasar yang mana. Misal segmented nya wisata ya nanti produksinya adalah produk-produk wisata, tidak terlalu mahal, untuk oleh-oleh,” tutur Yanti.