SOLO, Metta NEWS – Setelah sempat vakum 6 tahun, gelaran akbar tahunan pestanya para pecinta musik cadas, Rock in Solo kembali kembali digelar pada 18 Desember 2021 di Tirtonadi Convention Hall.
Mengusung tema Apokaliptika : A Journey of Rock in Solo yang memiliki maksud beradaptasi dengan perubahan zaman, Penggagas Rock in Solo Stephanus Adjie mengatakan, sebenarnya gelaran tersebut sudah ia bicarakan dengan Wali Kota Solo sebelumnya, F.X Hadi Rudyatmo pada tahun 2019 lalu. Namun terhalang pandemi Covid-19, acara itu baru bisa direalisasikan pada akhir tahun ini.
Tahun ini Rock In Solo akan berkolaborasi dengan banyak seniman tradisi di Solo memadukan antara musik rock dengan musik tradisional. Akan ada 3 gamelan utama yang disandingkan dengan musik keras ini yang diaransemen oleh Gondrong Gunarto dengan Gamelan Banyuwangi, Gamelan Sekaten dan Gamelan Bali.
“Ada banyak seniman tradisi yang turut berkontribusi di antaranya Endah Laras, ini pertama kalinya kami kolaborasi dengan penyanyi keroncong, dengan penari Luluk Ari yang akan menampilkan perform art, juga ada Whawin Laura, Doel Pecas Ndahe, Djiwo, Pinthus dari band Bandoso, Kokom dari band Paranoid Despire yang secara khusus disiapkan sebagai vokalis tamu dalam repertoir Down For Life nanti,” urai Adjie.
Adjie menyebut perpaduan lintas genre musik ini membuktikan bahwa Rock in Solo adalah festival yang lahir di Solo, musisi dari Solo dan musik rock bukanlah musik yang kaku sehingga bisa dikolaborasikan dengan banyak genre.
“Awal 2021 ini kami intens dengan mas Gibran yang mengajak untuk bikin pertunjukan lagi tapi karena pandemi belum selesai ya kami diminta untuk disiapkan saja, ini keadaan mulai membaik tapi kami harus menyesuaikan dengan segala regulasi yang ada,” jelas Adjie, Senin (22/11).
Mengikuti regulasi yang ada, festival ini akan diadakan berbeda dari sebelumnya. Dengan kuota penonton sebanyak 500 orang. Tiket pertunjukan segera dipasarkan secara online dengan harga Rp. 57 ribu serta penonton akan langsung diarahkan untuk melakukan tes antigen di tempat yang sudah ditentukan.
“Kami ikuti protokol kesehatan yang ditetapkan, penonton dan semua kru, penampil harus sudah vaksin. Nanti masuk ke gedung juga pakai PeduliLindungi. Juga harus tes antigen dulu. Harga tiket sudah include free antigen. Pemkot juga yang mensuport kami dengan menyediakan 10 faskes untuk antigen,” terang Adjie.
Adjie menambahkan, rangkaian acara Rock In Solo 2021 tidak berhenti di satu acara ini saja, akan ada acara yang lainnya yang akan dilanjutkan pada tahun 2022 mendatang.
“Apokaliptika ini A Journey Of Rock in Solo ini gerbangnya sebelum nantinya ke gelaran akbarnya. Rock In Solo ini biasanya bulan Agustus, September, jadi ini nanti akan ada puncaknya,” tambahnya.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang menyempatkan diri hadir pada jumpa pers tersebut mengatakan bahwa kondisi yang sudah mulai membaik ini, event-even di Solo bisa kembali di gelar.
“Terima kasih mas Adjie yang sudah wira wiri ke Solo, cari sponsor dan mendukung inisiasi saya untuk menghidupkan event ini lagi. Karena sekali lagi di tengah pandemi kita nggak boleh berhenti. Ya justru ini kita di level 2 dengan kasus yang semakin menurun kita harus menggenjot lagi event kita,” tandas Gibran.
Gibran menambahkan, dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo juga ikut serta dalam acara tersebut. Beberapa diantaranya adalah publikasi, sponsor, Tirtonadi Hall, fasilitas kesehatan untuk tes antigen dan juga lainnya.