Ribuan Anak Kehilangan Orangtua karena Covid-19, Butuh Perlindungan dari Perundungan

oleh
Peserta Konferensi Kebaikan berdialog dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo | dok panitia

SEMARANG, MettaNEWS – Pandemi Covid-19 yang sudah dua tahun berlangsung, menimbulkan banyak bencana. Salah satu fakta sedih, di Jawa Tengah ada 2.689 anak kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya. Namun, ratusan anak muda siap berbuat dan menyerukan kebaikan, agar anak-anak korban Covid-19 tidak kehilangan semangat dan kegembiraan.

Anak-anak muda yang tergabung dalam Pemimpin Kebaikan Jawa Tengah itu mengadakan konferensi kebaikan Jawa Tengah pada Sabtu – Minggu (28-29/8/2021). Lebih dari 300 anak muda di Jawa tengah bergabung secara daring untuk menjadi “Pemimpin Kebaikan” untuk mencegah kekerasan terhadap anak.

Dalam siaran pers, Senin (30/8/2021) Ermi Ndoen, Kepala Kantor UNICEF Surabaya menjelaskan, “Anak muda yang paling tahu terhadap isu-isu apa yang dialami teman sebayanya dan bagaimana cara terbaik untuk menjangkau teman-temannya. Selama dua hari ini anak-anak berkonferensi menunjukkan betapa seriusnya mereka ingin menjadi Pemimpin Kebaikan.”

Kekerasan terhadap anak, termasuk perundungan, memiliki berbagai dampak negatif yang dapat berjangka panjang seperti luka fisik, penurunan prestasi belajar atau bahkan putus sekolah, dan juga menurunnya kesehatan mental.

“Jangan sampai anak-anak yang kemudian menjadi yatim/piatu ini tertinggal hak-haknya. Jadi, mari kita sebarkan kebaikan. Bantu teman-teman yang lain  agar semua anak terlindungi. Dan yang paling penting anak-anak harus gembira,” kata  Retno Sudewi, Kepala Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah.

Dalam konferensi Kebaikan Jawa Tengah ini, para Pemimpin Kebaikan juga berkesempatan berdailog langsung dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Salah satunya adalah Abiyah. Ia mengaku terus terang bahwa di tengah masa pandemi ini, dengan banyaknya tugas sekolah dan kegiatan yang dilakukan secara daring, dia merasa lelah. “Saya minta  tips dari Pak Gubernur untuk mengelola kesehatan mental saya,” ujarnya.

Ganjar pun  menyampaikan pentingnya istirahat dan memilah-milah kegiatan yang diikuti.  “Ada dua hal yang harus teman-teman perhatikan dalam berkegiatan. Belajar kepemimpinan dan belajar manajemen. Jangan lupa juga untuk istirahat,” tuturnya.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam situasi pandemi ini yang dibutuhkan bukan protes tapi prokes. Jadi  meskipun sedang dalam situasi terbatas tetap bisa bekerja dan belajar.

Konferensi yang dilakukan oleh Pemimpin Kebaikan Jawa Tengah ini adalah buktinya, bagaimana anak-anak muda ingin belajar mengenai membangun hubungan yang positif dan pencegahan pernikahan anak, kesehatan mental, dan pendidikan karakter sangat relevan dengan permasalahan anak muda masa kini.

Menariknya setelah kegiatan ini, para peserta yang bergabung akan melakukan kampanye kebaikan dengan cara mereka masing-masing, salah satunya Vania dari Wonogiri.

“Dari banyaknya tema yang sudah dipelajari selama dua hari ini, saya tertarik untuk memperdalam mengenai cyber bullying. Ada beberapa teman saya yang mengalami cyber bullying. Saya ingin menyampaikan ke mereka bahwa jangan diam aja. Karena kalau kita diam aja akan semakin menjadi-jadi,” katanya.

Pesan-pesan kebaikan seperti yang akan dilakukan Vania ini juga akan dilakukan oleh 300 anak muda lainnya melalui berbagai kampanye selama dua bulan ke depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *