SOLO, Metta NEWS – Terapi plasma konvalesen saat ini menjadi satu-satunya pengobatan yang sangat manjur untuk pasien Covid-19. Pengobatan ini diketahui dapat meningkatkan peluang kesembuhan bagi pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Merujuk www.alodokter.com, disebutkan di dalam plasma darah, terdapat antibodi yang muncul sebagai respons tubuh ketika terinfeksi suatu virus atau bakteri, termasuk virus Corona. Dengan adanya antibodi yang cukup, virus atau bakteri penyebab penyakit pun bisa dibasmi.
Pada periode puncak Covid-19 bulan Juli lalu rata-rata pasien di Kota Solo yang membutuhkan plasma konvalesen mencapai 250 an orang per hari dengan kondisi tidak ada stok sama sekali di PMI Solo.
Selain sulit ternyata untuk mengolah 2 kantong (ampul) plasma konvalesen (1 dosis) perlu biaya yang cukup mahal.
Kepala Unit Donor Darah dr. Kunti Dewi Saraswati menjelaskan untuk mengolah 1 dosis plasma konvalesen memakan biaya hingga 4.5 juta rupiah.
“Biaya pengolahan plasma konvalesen untuk 2 kantong adalah 4.5 juta rupiah. Sejauh ini kita memang mengeluarkan 2 kantong untuk sekali pengobatan. Kebutuhan terapi plasma ini berbeda antar pasien, ada yang cukup 2 kantong sudah segera pulih namun ada yang membutuhkan lebih,” tutur dr. Kunti ketika dihubungi melalui pesan WA, Minggu (29/8).
Dokter Kunti mengungkapkan biaya pengolahan yang paling mahal adalah pada KIT untuk penyediaan plasma konvalesen dengan sistem dan mesin apheresis yang bisa menyediakan plasma lebih banyak sesuai kebutuhan dan mengembalikan komponen darah lainnya yang tidak dibutuhkan.
“KIT Plasmaferesis ini sekali pakai. Ini komponen yang paling mahal dalam pengolahan plasma darah biayanya sekitar 2 hingga 2.5 juta rupiah,” jelas dr. Kunti.
Lanjut dr. Kunti, untuk distribusi plasma konvalesen saat ini sudah semakin lancar dengan stok yang tersedia.
“Hari Minggu (29/8) ini kita punya stok plasma untuk golongan darah A sebanyak 60, B ada 37, golongan O paling banyak tersedia 81 dan AB 17 kolf dengan daftar antrian kosong untuk semua golongan darah,” terang dr. Kunti.
Sulit dan mahalnya terapi plasma konvalesen ini mengetuk kesadaran beberapa komunitas masyarakat yang berinisiatif mengadakan kegiatan donor plasma konvalesen secara massal. Salah satunya adalah DPC PDI Perjuangan yang mempelopori gerakan donor plasma massal.
Seperti hari ini, Minggu (29/8) DPC PDI Perjuangan mengadakan untuk ketiga kalinya skrining donor plasma konvalesen bertempat di Rumah Dinas Wakil Wali Kota Solo, dengan peserta tidak hanya dari kader juga dari masyarakat umum, Minggu (29/8).
Ketua Panitia Skrining Donor Plasma PDI Perjuangan YF. Sukasno menjelaskan gerakan ini merupakan gerakan moral, gotong royong antar sesama membantu dalam penanganan Covid-19 di Solo.
“Sesuai dengan instruksi ketua DPC PDI Perjuangan FX. Hadi Rudyatmo kita mengadakan rutin setiap 2 minggu sekali skrining donor plasma konvalesen di samping juga tetap rutin mengadakan donor darah biasa,” jelas Sukasno.
Sukasno memaparkan kali ketiga penyelenggaraan ini diikuti sekitar 180 an peserta yang datang bergantian sesuai dengan jam yang telah diatur oleh rantin partai agar tidak terjadi kerumunan.
“Yang pertama dulu pendaftar sekitar 80 orang, berhasil lolos skrining 40 tapi yang bisa diambil plasmanya ada 24 pendonor. Yang kedua yang daftar 100 orang lebih yang lolos skrining 70 an dan yang bisa mendonorkan plasmanya ada 68 penyintas. Untuk hari ini semoga maksimal yang bisa diambil plasmanya,” urai Kasno.
Kasno yang telah 7 x menjadi pendonor plasma tersebut menyebut untuk bisa lolos skrining harus melewati banyak uji di laboratorium.
“Sampel darah kita di skrining macam-macam seperti kondisi HB, tekanan darah dan uji banyak penyakit seperti hepatitis, HIV dan lainnya. Kalau seperti saya sudah 6 kali donor plasma, sampel yang diambil juga bertambah. Biasanya 6 sampel ini sampai 7 sampel. Jadi malah dengan donor plasma kita bersyukur bisa berbagi dengan yang lain dan jadi tahu kondisi fisik kita sehat atau tidak,” ujar Kasno.
Sementara itu Sekretaris DPC PDI Perjuangan Teguh Prakosa menambahkan dengan rutin mengadakan donor plasma dan donor darah akan mengetuk kesadaran masyarakat untuk bergotong royong dan memberikan darahnya untuk sesama yang membutuhkan.
“Ini yang kita tumbuhkan khususnya PDI Perjuangan agar kesadaran masyarakat dengan sendirinya tanpa harus kita oyak-oyak. Ini kan awalnya menjadi kewajiban, setelah kewajiban akhirnya menjadi kebiasaan bergotong royong membantu sesama,” pungkas Teguh.