KARANGANYAR, Metta NEWS – Pesantren memiliki peran yang strategis dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah di Indonesia karena tidak hanya menjalankan fungsi pendidikan, tetapi juga menjadi pusat pengembangan ekonomi untuk kemandirian pesantren sekaligus menciptakan wirausaha baru, serta membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama di lingkungan sekitar pesantren.
Bank Indonesia berkolaborasi dengan stakeholder terkait secara berkesinambungan mendorong pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) sebagai pertumbuhan ekonomi baru antara lain melalui pendampingan dan bantuan teknis untuk mendorong kemandirian ekonomi pondok pesantren (ponpes).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo menjelaskan pemberdayaan dan penguatan ekonomi syariah dicapai melalui penguatan rantai nilai halal dengan mengembangkan ekosistem dari berbagai tingkat bisnis syariah, termasuk pesantren, UKM, dan perusahaan dalam rantai hubungan bisnis untuk memperkuat struktur ekonomi yang inklusif. Program ini dilaksanakan di 4 (empat) sektor utama, yaitu industri makanan halal, sektor pariwisata halal, sektor pertanian dan sektor energi terbarukan.
“Hasil survei yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Solo terhadap pesantren di Solo Raya menunjukkan adanya potensi ekonomi dan kewirausahaan di kalangan ponpes. Sekitar 7% ponpes memiliki unit usaha di sektor pertanian, dan potensi ekonomi di sektor pertanian ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri maupun dikembangkan sebagai unit usaha untuk menopang kemandirian ekonomi pesantren,” tutur Nugroho Joko.
Nugroho Joko mengungkapkan, saat ini sektor pertanian menghadapi kendala berupa ketidakseimbangan ekosistem akibat pola budidaya yang tidak ramah lingkungan sehingga produktivitas lahan semakin menurun dan kelestarian alam menjadi terganggu.
“Salah satu pendampingan yang dilaksanakan Bank Indonesia Solo adalah mendorong klaster dan UMKM binaan termasuk ponpes di sektor pertanian untuk mengembangkan budidaya tanam ramah lingkungan. Salah satu upayanya adalah melalui pelatihan peningkatan kesuburan tanah dengan mengoptimalkan fungsi mikro organisme. Tujuan pelatihan ini adalah mendorong terciptanya sustainable farming yang dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi biaya produksi serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam,” papar Nugroho Joko.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Nugroho Joko, Bank Indonesia Solo memfasilitasi pelatihan perbaikan kesuburan tanah dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan mengoptimalkan fungsi mikroorganisme tanah kepada ponpes yang memiliki unit usaha sektor pertanian.
“Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas santri tani dalam mengenali lahan dan tanamannya sehingga dapat memberikan nutrisi yang tepat tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem. Konsep pertanian ponpes dengan mengusung tagline ”Santri Jogo Bumi” menjadi kebutuhan untuk menjaga keberlangsungan ekologi. Hal ini sejalan dengan peran manusia sebagai khalifatullah yang memiliki tanggung jawab atas kelestarian alam semesta,” jelas Nugroho Joko.
Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Rabu – Jumát , (17-19/11) di Pondok Husnul Khotimah Dukuh Ngledok, Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. Sebanyak 21 ponpes se-Solo Raya di bawah koordinasi Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (HEBITREN) Solo Raya mengikuti pelatihan ini.
Pelatihan ini bekerjasama dengan Komunitas Bunkaination Indonesia di Malang, yaitu komunitas petani yang berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan dengang moto “kita jaga bumi, bumi jaga kita”. Filosofi ini mengandung makna bahwa pertanian yang menjaga alam akan lebih berkah dan mendapatkan hasil yang optimal.
“Pertanian ini mengkampanyekan santri tani mandiri dan tidak bergantung pada produk buatan pabrik. Input produk pertanian dilakukan secara mandiri mulai dari pembuatan pupuk dan pestisida organik. Santri Jogo Bumi mendorong pesantren melaksanakan sistem pertanian organik yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman dari hama penyakit sehingga mendukung peningkatan produktivitas tanaman. Selain itu, biaya produksi pertanian menjadi lebih efisien, dan produk menjadi lebih aman dikonsumsi,” papar Nugroho Joko.
.