SOLO, Metta NEWS – Museum Keris Nusantara, Solo mendapat kesempatan untuk memajang Keris Kanjeng Kyai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro. Keris ini dipamerkan dalam rangka Pekan Keris-Indonesian Keris for the World 2021 mulai 20-25 November 2021.
Keris milik pahlawan nasional Pangeran Diponegoro ini sempat hilang selama ratusan tahun dan berada di Belanda. Pada Maret 2020 lalu, Pemerintah Belanda melalui Raja Belanda Willem-Alexander mengembalikan Keris Pangeran Diponegoro kepada Pemerintah Indonesia melalui Presiden Joko Widodo.
Pamong Budaya Ahli Muda Museum Nasional, Mananti Amperawan Marpaung saat ditemui di Museum Keris Nusantara Solo, Senin (22/11) menjelaskan, Keris Kanjeng Kyai Nogo Siluman ini baru pertama kali keluar dari Museum Nasional sejak diserahkan ke Pemerintah Indonesia dari Belanda.
Bila tidak dipamerkan, lanjut Mananti, Keris Pangeran Diponegoro ini disimpan dan dirawat di Museum Nasional di Jakarta.
“Setelah pameran selesai keris akan dibawa lagi ke Museum Nasional. Sesuai permintaan dari Wali Kota Surakarta kepada Menteri Pendidikan untuk memamerkan keris Pangeran Diponegoro ini dalam rangka pameran keris yang sudah masuk dalam kalender event Surakarta,” jelas Mananti.
Mananti memaparkan, selain keris, sebelumnya juga sudah ada pengembalian ke Indonesia dari koleksi Pangeran Diponegoro berupa payung, pelana kuda dan tombak. Benda bersejarah ini sebelumnya tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
“Jadi ini semacam memang kitalah yang layak menyimpan dan memamerkan koleksi dari pameran Diponegoro yang sudah kita nyatakan sebagai Pahlawan Nasional jadi ada diplomasi yang cukup panjang sehingga baru pada 2020 kemarin koleksi ini resmi diserahkan kepada Presiden Jokowi,
Mengutip dari bbc.com, keris Kiai Naga Siluman diberikan Pangeran Diponegoro kepada utusan Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Kolonel Jan-Baptist Cleerens, setelah dirinya ditangkap pada 28 Maret 1830.
Oleh Cleerens, keris itu dihadiahkan kepada Raja Willem I pada 1831. Keris itu kemudian disimpan di Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) atau koleksi khusus kabinet Kerajaan Belanda.
Setelah KKZ bubar, koleksinya tersebar ke sejumlah museum. Namun banyak informasi mengenai koleksi ikut hilang, termasuk keris Kyai Naga Siluman yang diserahkan kepada Museum Volkenkunde di Leiden.
Pencarian kembali keris Kyai Naga Siluman dimulai pada 1984 oleh Peter Pott, kurator Museum Volkenkunde dan kemudian menjadi direktur museum.
Namun, penelitian Pott kemudian terhenti. Pencarian kembali dilakukan Prof. Susan Legene dari Vrije Universiteit Amsterdam, Johanna Leigjfeldt (2017) dan Tom Quist (2019).
Dari situs bbc.com disebutkan kepastian bahwa keris Diponegoro ada di Belanda dibuktikan dari tiga dokumen penting.
Pertama, korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831.
Dalam korespondensi itu disebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro.
Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu, pada 1883 keris ini diserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.
Dokumen kedua adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo, mantan perwira perang Diponegoro, yang ditulis dalam bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam bahasa Belanda.
Dalam surat itu Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.
Dokumen ketiga adalah catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro. Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo.
Dalam catatan itu Raden Saleh disebutkan telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Kyai Naga Siluman dan ciri-ciri fisik keris itu.