SOLO, Metta NEWS – Penyandang dana bom yang diledakan di Mapolresta Solo pada tahun 2016 lalu Munir Kartono meminta maaf. Permintaan maaf difasilitasi Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming, BNPT dan Polresta Surakarta di Bale Tawangarum, Kamis (4/11) pukul 13.30 WIB.
Dengan terbata-bata dan menangis, Munir meminta maaf utamanya pada Ipda Bambang Adi Cahyanto (yang waktu itu masih berpangkat Bripda), kepada Pemerintah Kota Surakarta dan kepada masyarakat Surakarta yang terkena imbas dari kejadian bom bunuh diri yang dilakukan oleh Nur Rohman, kelahiran Surakarta, 1 November 1985, merupakan warga Sangkrah RT 1 RW 12 Pasar Kliwon, Surakarta.
“Alhamdulillah, saat ini berbagai pihak membantu saya untuk datang kemari, memenuhi apa yang telah saya janjikan pada diri saya sendiri untuk meminta maaf kepada seluruh masyarakat Kota Surakarta, pada Pemkot Surakarta, kepada kepolisian dan terutama Kapolresta dan jajarannya. Yang paling utama kepada bapak Bambang yang saat kejadian tersebut menjadi korban,” ucap Munir terbata.
Selama menjalani masa hukumannya, Munir mengakui banyak menyadari bahwa apa yang dilakukan dan keterlibatannya pada peristiwa itu adalah sebuah kesalahan.
“Berkat pembinaan yang diberikan oleh berbagai pihak, dari Densus 88, BNPT dan pihak lainnya menyadarkan akan kesalahan saya. Saya secara pribadi memohon kepada semua pihak untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang telah saya lakukan. Saya mohon kepada seluruh pihak untuk sudi memaafkan,” isak Munir.
Permintaan maaf Munir diterima oleh Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak dan Bambang yang saat ini sudah berpangkat Ipda. Dalam suasana haru keduanya bersalaman dan berpelukan. Munir tampak menyesal dan terus terisak.
“Dengan ikhlas, mas Munir saya memaafkan. Saya beserta keluarga dan rekan-rekan kami di kepolisian ikhlas dan ridho. Setelah ini mari kita ciptakan Solo yang damai, yang kondusif. Kita tebar kebaikan dan kedamaian di Indonesia,” tutur Ipda Bambang.
Permohonan maaf Munir ini turun disaksikan secara langsung oleh Wali Kota Gibran, Koordinator Satgas Deradikalisasi Jateng BNPT, Kasubdit Sosialisasi Direktorat Densus 88 Anti Teror Polri, Direktur Setara Institute dan perwakilan dari Gubernur Jateng.
Wali Kota Gibran berharap peristiwa bom bunuh diri di Polresta 2016 menjadi kasus teror terakhir di Solo.
Mengapresiasi kedua pihak baik Munir dan Ipda Bambang, Kapolresta Surakarta Kombes Ade Safri Simanjuntak berharap kedepan tidak akan terulang kejadian serupa.
“Janji Allah jelas, siapa yang meminta maaf terlebih dahulu, akan ditinggikan derajatnya dan akan dicintai oleh Allah SWT. Kita jaga kondusifitas di Solo, sehingga Kota Solo selalu dalam kondisi yang aman, nyaman dan damai,” pungkas Ade.
Kasus bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta terjadi 5 tahun yang lalu pada Selasa 5 Juli 2016 ketika sedang dilaksanakan apel pagi. Pada pukul sekitar 07.35 WIB, ada seorang pengendara yang memaksakan diri menerobos masuk ke Mapolresta Surakarta.
Sempat dicegat oleh beberapa personel provost, salah satunya Brigadir Bambang Adi Cahyanto. Ketika dihentikan oleh Brigadir Bambang Adi Cahyanto, pengendara itu meledakkan diri dengan bom yang dibawanya. Pengendara itu, meninggal di tempat dan membuat Brigadir Bambang Adi Cahyanto luka-luka. Pelaku bom bunuh diri tersebut, adalah Nur Rohman, kelahiran Surakarta, 1 November 1985, merupakan warga Sangkrah RT 1 RW 12 Pasar Kliwon, Surakarta.
Selang satu bulan kemudian, ditangkap terduga teroris, Munir Kartono, di Gunung Putri Bogor. Munir Kartono sebagai salah satu pendana untuk beberapa kejadian teror di Indonesia, termasuk bom Nur Rohman di Surakarta.