SOLO, MettaNEWS – Badan Urusan Logistik (Bulog) menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) serempak di wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Sargen dan Klaten selama 3 bulan yakni September, Oktober dan November 2023.
Bulog menyediakan sebanyak 30 ton beras selama GPM berlangsung di wilayah Solo dan sekitarnya. Sedangkan khusus untuk Kota Solo, Bulog menggelontorkan sebanyak 4 ton beras yang secara khusus diberikan pada peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada Senin (16/10/2023).
Pimpinan Cabang Bulog Area Surakarta, Andi Nugroho mengatakan kali ini pihaknya menyasar Kelurahan Kadipiro sebagai lokasi GPM.
Gerakan Pangan Murah ini bertujuan untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan. Terdapat beberapa komoditas yang dijual dengan harga murah di GPM kali ini di antaranya gula, minyak goreng dan beras.
“Dari teman-teman selain Bulog ikut menjual hasil pangan yang tentunya harga di bawah pasar. Tujuannya selain menekan kenaikan harga juga untuk memberikan kemudahan akses ke masyarakat supaya bisa membeli pangan murah. Sehingga masyarakat bisa dapat harga terjangkau,” terang Andi.
Kenaikan harga beras di pasaran menjadi hal yang sulit dihindari saat ini. Mengingat musim kemarau berkepanjangan mengakibatkan masa panen padi terkendala. Produksi beras dan pemasarannya pun menipis. Selain melalui GPM, Bulog berupaya menekan kenaikan harga melalui bantuan pangan.
“Kita upayakan dengan segala kegiatan salah satunya GPM untuk menekan laju supaya tidak naik lagi dan juga selain GPM dari Bulog menyalurkan bantuan pangan untuk menekan kenaikan harga beras. Sehingga masyarakat yang tidak mampu supaya bisa mengakses beras dengan kualitas bagus sehingga dengan bantuan kan tidak membayar,” jelasnya.
Bulog membatasi pembelian beras sebanyak 2 pack per orang. Langkah ini diambil agar pembagian beras dapat merata ke semua masyarakat.
“Supaya semua kebagian karena kalau nggak gitu yang beli duluan pasti banyak habis itu yang lain nggak kebagian. Selain itu kita sesuaikan dengan konsumsi misalnya seminggu dua pack 10 kg secara konsumsi keluarga itu cukup, nanti berikutnya beli lagi,” kata dia.
Pihaknya berharap masyarakat yang mendapatkan beras dari Bulog baik melalui bantuan pangan maupun GPM tidak menjualnya kembali melainkan dikonsumsi sendiri.
“Ini kita sudah masuk ke bulan ke dua kalau untuk Solo dan sekitarnya di bulan Oktober sudah kita salurkan kurang lebih 90 persen dari target. Nanti selanjutnya di November, kalau dibandingkan tahap 1 waktu kemarin bulan Maret April Mei ada pengurangan. Mungkin penyesuaian tingkat kemiskinan tingkat daerah, di situ diupdate, KTM mengalami penurunan sedikit,” jelasnya.
Untuk saat ini Bulog menggunakan beras lokal untuk memenuhi kuota GPM maupun bantuan pangan. Namun jika stok beras lokal semakin menipis maka tidak menutup kemungkinan Bulog akan menggunakan beras impor.
Stok beras impor ini telah masuk ke Kota Solo kurang lebih tiga bulanan dengan jumlah sekitar 10.000 ton, dari negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam.
“Pelaksanaan GPM atau bantuan kita keluarkan dalam negeri kalau nanti kurang dan harus disalurkan nanti ada tambahan impor. Untuk menjaga ketersediaan jangan sampai kita terlalu percaya diri ternyata produksi lokalnya tidak cukup masyarakat butuh pangan butuh akses stok nggak ada, keos maka kita tidak mau mengambil risiko untuk cadangan ketersediaan supaya mencukupi sampai akhir tahun bahkan panen berikutnya kita ada tambahan dari luar negeri,” pungkasnya.
Beras impor dari Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam telah masuk ke Kota Solo sebanyak 10.000 ton sejak tiga bulan terakhir. Adapun tujuan penggunaan beras impor adalah untuk menjaga cadangan beras hingga akhir tahun tetap terpenuhi. Adapun tujuan penggunaan beras impor adalah untuk menjaga cadangan beras hingga akhir tahun tetap terpenuhi.