SUKOHARJO, MettaNEWS – Kali pertama, Panti Karuna Gentan, Sukoharjo menggelar workshop shibori, Sabtu (7/5). Teknik pewarnaan kain yang berasal dari Jepang ini diinisasi oleh Soemi, Volunteer asal Indonesia yang menetap di Belanda.
Bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri anak-anak Panti Asuhan Karuna, workshop ini juga bertujuan untuk membekali keterampilan anak-anak agar dapat berkarya di masa mendatang.
“Supaya anak-anak bisa berkarya yang akhirnya mereka bisa menjual (kain shibori). Juga anak-anak bisa lebih produktif, supaya dikemudian hari kalau sudah selesai disini (Panti Asuhan Karuna) mereka punya hobi sendiri untuk berkarya,” tutur Soemi, inisiator Workshop Shibori Panti Asuhan Karuna, Sabtu (7/5/2022).
Disambut baik oleh anak-anak Panti Asuhan Karuna, Soemi menyebut kreativitas anak dapat berkembang melalui kegiatan workshop. Belum ada aktivitas yang sama dalam hal worksop shibori, pihaknya akan mengembangkan kegiatan workshop secara berkelanjutan.
Akan kembali mengadakan worksop di Panti Karuna, Soemi berkomitmen untuk membentuk kemandirian dalam diri anak-anak panti. Ikut mengajak owner and desainer Amanda Hartanto Batik, Soemi mengajak satu tim yang beranggotakan empat orang.
“Nanti mungkin dikemudian hari kami bisa membuat bermacam-macam. Masih banyak yang bisa mereka kembangkan,” tambahnya.
Soemi yang berencana untuk membuat workshop ecoprint, akan terus memonitoring kegiatan worshop shibori agar tidak berhenti di waktu ini saja. Sehingga ia pun juga merencanakan di pekan depan untuk menggelar pelatihan menjahit.
“Minggu depan rencananya ada pelatihan menjahit, memotong, jadi ada follow up dari workshop shibori ini. Kainnya nanti bisa dijual jadi baju, tablecloth (taplak meja). Masih ada featurenya (kedepan) jadi nggak berhenti disini saja,” tutur Soemi.
Selain itu, pihaknya juga akan mengadakan workshop bertema lain seperti memasak FnB (food and beverage).
“Di minggu kedepan ada workshop membuat kue tart, supaya mereka yang interesting (tertarik) di food and beverage (makanan dan minuman) mereka bisa belajar ke arah sana,” tutupnya.
Sementara itu, Suster Panti Asuhan Karuna, Suster Rosa mengatakan anak-anak mendapatkan pengalaman baru untuk pertama kalinya mengenal shibori.
“Bagaimana teknik kreativitas orang, mengikat kain sehingga menghasilkan karya yang luar biasa. Anak-anak sejak ada informasi workshop ini sangat antusias. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Soemi yang menggagas, merencanakan dan memberi kesempatan anak-anak belajar tentang shibori,” jelas Suster Rosa.
Rosa pun berharap agar workshop ini dapat membantu membuka wawasan anak panti dalam menggerakan kreativitas anak muda.
“Semoga kegiatan ini bisa menggerakan kreativias mereka sebagai anak muda agar tidak stagnan. Mungkin kegiatan ini merupakan kegiatan yang belum pernah mereka lakukan,” tambahnya.
Diikuti 25 peserta anak-anak panti, Rosa melihat hasil kreativitas anak panti di luar dugaan.
“Saya menbayangkan hasil workshop ini bisa jadi baju, seragam untuk mereka. Syukur-syukur termotivasi kedepannya bisa menjadi peluang untuk usaha,” pungkasnya.
Amanda Hartanto menambahkan, proses pembuatan shibori yang terbilang cukup susah menghasilkan karya yang tidak bisa diprediksi karena hasil karya selalu berbeda-beda. Menggunakan beberapa bahan seperti kain katun putih, karet, pipa paralon, pewarna dan rapiah, Amanda menyebut proses pembuatan shibori diperlukan kreativitas.
“Kainnya dirintang dulu buat diikat sama karet atau rapiah terus diplintir. Baru setelah itu diwarna, dicuci, perintangnya dibuka membentuk motif. Setiap eksplore makin susah,” terang Amanda.
Amanda pun juga memberikan tips perawatan kain shibori yang dapat dilakukan dengan mudah. Yakni dengan tidak menyikat kain saat mencuci dan menjemurnya dibawah sinar matahari langsung, kain shibori akan lebih tahan lama.
“Jangan kena matahari langsung, diangin-angin aja. Dicuci biasa aja asal jangan pakai pemutih, nanti warnanya luntur,” jelasnya.
Salah satu peserta workshop, Diana Dolorosa Metom, menyebut kegiatan ini mampu meningkatkan kreativitasnya.
“Bikinnya nggak gampang, idenya bingung mau bikin apa. Dibolehin bikin apa aja,” ucap Diana.
Tertarik untuk membuat shibori kembali, Diana berencana untuk menggunakan warna lain dalam menghasilkan karya shibori setelah workshop usai.
“Workshop ini bagi saya mengesankan. Seru dan menyenangkan, bermanfaat, tambah kreatif. Pingin nyoba lagi buat gabung-gabungin warna,” tutupnya.