SOLO, Metta NEWS – PMI kota Surakarta mengirim relawan bantu tangani Tanggap Darurat Bencana (TDB) letusan Gunung Semeru pada Senin pagi (6/12). Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan Gunung Semeru meletus pada Sabtu lalu (04/12), sebanyak 14 warga dinyatakan meninggal dunia, 56 warga luka berat dan ringan, 9 warga dinyatakan hilang dan erupsi Gunung Semeru ini berdampak di 8 kecamatan yang menyebabkan 1.300 warga mengungsi.
Kepala Markas PMI kota Surakarta, Budi Purwanto menyampaikan, PMI Solo bekerja sama dengan Politeknik AKBARA memberangkatkan 11 personel dengan 3 armada yakni ambulance, double cabin dan mobil niaga yang dibagi menjadi 2 layanan diantaranya Tim Pelayanan Kesehatan Dasar Darurat (PKDD) dan tim assesment.
“4 personel di tim PKDD, 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker beserta dengan obat-obatan, peralatan medis dan armada ambulans dan ditambah 1 tim dari Rumah Sakit UNS dan tim kedua berasal dari Politeknik AKBARA Surakarta yakni tim assesment 4 orang personil yakni 3 mahasiswa dan 1 dosen Manajemen Penanggulangan Bencana serta ada 3 personel Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Posko Penanggulangan Bencana PMI Solo untuk membantu dalam pelayanan,”papar Budi.
CEO dan Sekretaris PMI Solo, Sumartono Hadinoto menambahkan pemberangkatan tim asesmen setelah melakukan koordinasi dengan PMI Pusat, PMI Provinsi Jawa Tengah, PMI Provinsi Jawa Timur serta PMI Lumajang.
“Kami langsung koordinasi karena ini lintas provinsi. PMI Solo akan menyisir lokasi yang belum mendapatkan bantuan bersama dengan Rumah Sakit UNS dengan membawa obat-obatan, masker medis sebanyak 1400, masker non medis 3400, 200 selimut, biskuit dan beberapa barang kebutuhan warga yang lain,” terang Sumartono.
Direktur Rumah Sakit UNS, Prof. Dr Hartono, mengungkapkan sudah ada SAR dan Mapala yang diberangkatkan tadi malam, dengan 3 personil Mapala dan 2 tim SAR.
“Tim yang sudah terlebih dahulu berangkat selain memberi bantuan berkaitan dengan evakuasi dan pengobatan sekaligus pemetaan situasi, untuk pemetaan situasi diberangkatkan 3 hari dan untuk yang teknis operasional evakuasi dan lainnya akan berada di lokasi selama 7 hari,” tutur Prof. Hartono.