SOLO, MettaNEWS – Pemuda adalah harapan dalam meraih Indonesia Emas. Untuk itu, anak-anak muda perlu didorong untuk mengapresiasi kebijaksanaan pada adat budaya, serta mengafirmasi literasi dan budaya kekinian dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berangkat dari hal ini, Muhammad Arief Rosyid Hasan, seorang doktor, aktivis yang peduli pembangunan SDM muda bersama Merial Institute, sebuah lembaga kajian yang fokus pada pembangunan pemuda menggelar acara “Pidato Kebudayaan Gerbong Pemuda dan Visi Indonesia Emas 2045”.
Setelah sukses digelar di dua kota besar Indonesia yakni Makasar dan Padang. Kota Solo menjadi kota ketiga terselenggaranya acara ini.
Arief Rosyid yang concern memberdayakan pemuda sejak menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 2013-2015 itu ingin menggerakkan anak-anak muda di Kota Solo untuk lebih aktif dan partisipatif dalam mewujudkan visi Indonesia menjadi Negara Emas pada tahun 2045.
Solo merupakan salah satu kota penting dalam sejarah perjalanan Indonesia. Solo dengan
masyarakatnya juga merupakan salah satu kota yang masih memegang erat tradisi dan budaya Jawa yang penuh nilai-nilai keluhuran dan kebajikan.
Selain kota budaya, Solo juga merupakan kota pelopor kebangkitan nasional, kota revolusioner, kota kreatif serta menjadi kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh penting dan berpengaruh.
“Anak muda itu penting memahami masa lalu sebagai pijakan masa kini dan masa depan. Jadi kemampuan itu yang kadang-kadang anak-anak muda sekarang lupakan,” ujarnya selepas berpidato di Pendopo Javanologi UNS, Kamis (28/2/2024).
“Dengan media sosial yang mereka sudah jarang untuk membaca, jarang menulis, jarang berinteraksi dengan para senior senior, para tokoh-tokoh budaya dari mana dia berasal. Tentang bagaimana menatap masa depan yang lebih baik itu kadang-kadang kita missnya di situ,” imbuhnya.
Arief Rosyid menekankan pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini. Menurutnya, jika bonus demografi ini dapat dioptimalkan, Indonesia akan menjadi negara maju seperti Korea, China, dan Singapura.
Namun, Arief juga mengingatkan bahwa negara-negara tersebut tidak semuanya berhasil memanfaatkan bonus demografi. Contohnya, negara-negara di Timur Tengah yang mengalami “Arab Spring” karena tidak memiliki kanalisasi yang jelas bagi pemuda.
“Jadi kita pengin duduk kembali, pengin meletakkan itu kepada anak-anak muda. Ya kita berkeliling dari satu kota ke kota yang lain sekarang ada di Solo untuk mengirim pesan itu. Bahwa Solo ini sangat kaya dengan budaya Solo adalah kota yang revolusioner. Kota yang awal lahirnya pemikiran untuk kebangkitan nasional,” terangnya.
“Dan sekarang kita dianugrahi pemimpin ya mudah-mudahan nanti ditetapkan oleh KPU Mas Gibran Rakabuming Raka sebagai representasi anak muda di seluruh Indonesia yang bisa ikut berpartisipasi dalam agenda agenda pembangunan,” imbuhnya.
Arief juga mengingatkan anak muda untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak. Menurutnya, teknologi saat ini sering digunakan untuk hal-hal yang kurang produktif, seperti belanja online dan membaca status orang lain.
“Ke depan, tentu saja dengan media sosial itu, kita mau kirim pesan bahwa media sosial itu adalah alat untuk menyampaikan inspirasi, untuk tidak menyebar kebohongan, tapi untuk menyebar kebaikan. Saling mengajak menyebarkan kabar baik, kabar perdamaian,” ujar mantan Komisaris Independen BSI itu.
Ke depan, anak-anak muda harus lebih cerdas dalam menggunakan teknologi sehingga teknologi itu untuk menyampaikan kebaikan kebenaran tidak saling mengadu domba, penyebaran hoax dan hal-hal negatif lain.
Ia juga berpesan agar pemuda Solo menjadi generasi yang aktif, kreatif, dan inovatif. Ia mengajak mereka untuk berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
“Pemuda Solo harus menjadi pelopor dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, mari kita bersama-sama membangun bangsa ini dengan semangat kebangsaan dan gotong royong,” tukasnya.