SOLO, Metta NEWS – Masih dalam rangkaian memperingati hari batik setiap tanggal 2 Oktober, Himpunan Ratna Busana (HRB) Kota Surakarta mengadakan Talkshow dengan tajuk Mengenal Batik Menurut Zaman dan Lingkungan”, Jumat (29/10) di Ndalem Wuryoningratan.
Himpunan Ratna Busana merupakan perkumpulan ibu-ibu pecinta busana daerah. Perkumpulan ini dapat ditemui di beberapa kota besar termasuk di Surakarta, dan berpusat di Jakarta.
Dalam talkshow ini, Himpunan Ratna Busana menghadirkan Kurator Museum Batik Kuno Danar Hadi Asti Suryo Astuti dan Ketua HRB Surakarta Danarsih Santosa. Talkshow membahas tentang batik secara umum dan jarik secara khusus setelah melalui perkembangan zaman, juga menjelaskan bagaimana sejarah batik mulai dari awal mula kehadirannya hingga saat ini.
Wakil ketua HRB Surakarta, R.Ay Febri Hapsari Dipokusumo menjelaskan, lewat talkshow ini bertujuan sebagai wadah sharing pengetahuan dan memberikan wawasan pada perempuan Indonesia khususnya yang tergabung dalam HRB.
“Sejarah batik ini dari PB VII baru diizinkan keluar dari tembok keraton. Mulai dari batik tertuta dari keraton Kasunanan kemudian bati dengan pengaruh keraton seperti Solo, Yogyakarta, madura dan Cirebon. Jadi kita bisa belajar banyak soal batik pada talkshow ini,” tutur Febri.
Selain sejarah juga ditampilkan 30 koleksi batik tulis milik almarhum KP. H Santosa Doellah yang berada di Museum Batik Wuryaningratan. Seperti batik Sudagaran, petani, pedesaan, batik pengaruh dari luar (China, belanda, India), batik tiga negeri dan ditutup oleh Batik Indonesia yang ditampilkan oleh anggota HRB.
“Sejarah Batik Indonesia ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno yang memesan batik pada maestro Go Tik Swan. Filosinya, Bung Karno ingin menyatukan nusantara. Batik Indonesia mengangkat motif dari keraton tapi dengan teknik pewarnaan dari beberapa daerah di Indonesia, jadi warnanya lebih terang dari batik Solo,” terang Febri.
Pada gelaran tersebut hadir istri Wali Kota Surakarta, Selvi Ananda. Selvi tampil anggun dengan mengenakan kebaya kuning terang dipadukan dengan kain Batik Indonesia.
“Semua pihak diharapkan tetap nguri-nguri budaya. HRB ini salah satu organisasi yang bermanfaat dan penting bagi pelestarian budaya khususnya kebaya dan batik. Untuk anak-anak muda juga diperkenalkan batik. dipupuk untuk semakin cinta batik karena ini warisan budaya Indonesia,” kata Selvi.
Selvi mengatakan sejauh ini sebagai orang awam belum mengetahui lebih dalam seluk beluk motif dan filosofi batik yang sangat beragam.
“Saya mengenalnya baru motif-motif yang familiar seperti parang, kawung, sidomukti, sidoluhur. Ternyata ada banyak pakem lain seperti slobog yang penggunaan motif ini tidak boleh sembarangan. Jadi dari acara ini dapat pengetahuan baru lagi,” jelas ibu dari Jan Ethes dan La Lembah ini.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surakarta ini memastikan bersama dengan PKK kota Surakarta akan membagikan pengetahuan filosofi batik ini pada masyarakat luas.
“Jadi biar masyarakat juga tidak salah. Boleh berkreasi karena era sudah semakin maju dan kita harus mengikuti perkembangan zaman juga supaya menarik anak muda. Tapi tidak boleh melupakan pakem batik. Kedepan PKK siap bekerja sama untuk melestarikan batik, jangan sampai kebudayaan ini pudar, harus terus dijaga dan dikembangkan,” urai Selvi.
Pada kesempatan ini, Asti Suryo Astuti sebagai Kurator dari Museum Batik Danar Hadi menjelaskan bagaimana batik sebagai salah satu kekayaan budaya yang dulunya hanya dapat dikenakan oleh putra putri dalem di dalam Kraton hingga akhirnya saat ini batik sangat akrab di tengah masyarakat.
Ada beberapa faktor dan pengaruh kepemimpinan di Nusantara yang harus dilalui oleh batik hingga dapat dikenal oleh masyarakat saat ini.
Himpunan Ratna Busana Kota Surakarta berharap dengan adanya kegiatan ini, peserta yang hadir baik secara offline maupun online dapat semakin mengenal Batik tidak hanya sebagai kain yang saat ini sangat familiar di tengah masyarakat tetapi juga sejarah dan filosofi yang ada dibelakangnya.