Fantastis ! Bangkit dari Kebangkrutan Mr. Epple Buktikan Bisnis Rumahan Tembus Nasional, 6000 Produk/Bulan Ludes Lewat Shopee

oleh
oleh
Founder Mr. Epple, April dan Marcellino Radiktya Kesdu membuktikan ramuan semangat, produk dan pemasaran online yang tepat melalui Shopee menjadi kunci keberhasilan | MettaNEWS / Puspita

SOLO, MettaNEWS – Di balik merek “Mr. Epple” yang terkenal sebagai produsen waxing alami, tersimpan kisah perjuangan, cinta, dan harapan yang tidak sederhana. Bermula dari layanan eyelash extension milik Eprillia kini bisnis waxing ini telah menembus pasar nasional, dengan ribuan produk terjual setiap bulannya.

“Nama Epple itu sebenarnya dari April, nama istri saya,” ujar Founder Mr. Epple, Marcellino Radiktya Kesdu.

Marcellino menjelaskan dulu awalnya April mengembangkan usaha jasa eyelash extension.

“Tapi kemudian, kami harus menghadapi kenyataan pahit bisnis saya di bidang F&B jatuh, bangkrut. Karena pandemi jasa eyelash extension juga terhenti total,” kenangnya.

Tahun 2020 menjadi titik balik. Di tengah pandemi, saat keuangan keluarga berada di titik nadir, April mulai bereksperimen dengan membuat produk waxing dari gula. Proses ini dilakukan benar-benar dari nol—mulai dari memasak sendiri di dapur rumah, hingga uji coba berkali-kali.

“Saya juga ikut masak waktu itu, makanya muncul nama Mr. Epple—Mr-nya itu gabungan dari nama saya, April, dan anak kami, Renando,” ujarnya.

Produksi pertama dilakukan tanpa modal besar mengingat sama sekali tidak tersisa uang hanya semangat pasangan muda ini yang masih menyala untuk memperbaiki keadaan. Mereka memutar hasil penjualan sedikit demi sedikit.

“Modal awal ratusan ribu. Kita gulung terus dari keuntungan. Sampai akhirnya Shopee kasih fasilitas pinjaman, itu kami pakai untuk stok karena dapat pesanan yang sangat banyak sedangkan kami tidak ada modal,” ceritanya.

Hasilnya? Perlahan tapi pasti, produk waxing mereka mulai diterima pasar. Tahun 2021, mereka resmi memasarkan di Shopee, dan pada 2022 semua izin BPOM rampung. Kini, produk mereka terdiri dari tiga varian utama: honey sugar wax, vanilla sugar wax, dan beet sugar wax. Ditambah dengan deodorant gel dan after wax serum.

Awalnya, penjualan dimulai dari pelanggan eyelash extension. Namun setelah masuk ke Shopee, jangkauannya meluas ke seluruh Indonesia. Jawa Tengah, Jabodetabek, hingga Kalimantan kini jadi pasar mereka. Bahkan, beberapa pelanggan kini menjadi reseller.

“Yang menarik, banyak masukan dari pelanggan kami pakai. Bahkan satu varian baru lahir karena review bintang satu. Katanya terlalu keras, ya sudah, kita rombak,” ungkap April.

April menyebut, salah satu kekuatan mereka adalah komunitas afiliator. Hingga kini, tercatat sekitar 50.000 kali produk mereka direview oleh afiliator.

“Kami bahkan sedang bangun komunitas model di Solo. Cari model untuk wax itu nggak gampang, apalagi yang berani tampil terbuka,” tandas April.

Tantangan terbesar mereka tentu bukan hanya di produksi atau pemasaran, tapi saat modal benar-benar habis.

“Waktu memulai bisnis ini kami ingat betul sampai pinjam motor sepupu, STNK mati. Rumah satu-satunya aset orang tua hampir disita. Hampir setiap hari didatangi debt collector, sampai akhirnya jadi teman,” jelas Marcelino sambil tertawa saat mengenang perjalanan bisnis mereka berdua.

Saat akhirnya bisa menebus sertifikat rumah, itu jadi momen haru yang tak terlupakan.

“Kami minum wedang ronde bareng. Dia sampai terharu, karena saya lunasi semua,” tuturnya.

Kini, kapasitas produksi mereka mencapai 6.000–7.000 pcs per bulan, meski kadang sengaja diturunkan untuk jaga kualitas. Pabrik kecil mereka berlokasi di Baturan, dan dijalankan dengan sistem semi-maklon.

“Kalau ditanya apa target ke depan ya ingin punya pabrik sendiri yang lebih besar dan bisa menerima maklon dari UMKM lain. Kalau saat ini kami dibantu 13–15 orang. Tapi keluarga ini jadi rumah bagi kami semua. Harapannya, bisa jadi berkat, bukan cuma buat kami, tapi buat yang lain juga,” harapnya.

Di tengah serbuan produk luar negeri dan persaingan ketat, kisah Mr. Epple membuktikan satu hal mimpi bisa dimulai dari dapur rumah, asal punya tekad, cinta, dan keberanian untuk bangkit.