Bung Karno, Nasionalis Tulen Mulai dari Meja Makan

oleh
Presiden I Republik Indonesia, Ir Soekarno

BOGOR, MettaNEWS – Presiden Soekarno, dikenal sebagai negarawan besar, pemimpin yang memiliki pengaruh dan reputasi kelas dunia. Soal makanan, Bung Karno tergolong berselera sederhana, tapi memiliki visi besar tentang ketahanan pangan Nusantara.

Hal ini terungkap dalam webinar yang digelar oleh Balai Kirti, Museum Istana Kepresidenan di Bogor, Kamis (16/12/2021). Webinar ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Puti Guntur Soekarno, sejarawan Unpad Fadly Rahman, serta mantan Kasubag Rumah Tangga Istana Bogor, Endang Sumitra.

Puti, cucu Soekarno yang kini anggota DPR RI, sebenarnya tak pernah bertemu Soekarno, karena dia baru lahir tahun 1971. Namun, dia mengaku mendapat cerita dari keluarga inti, bagaimana kebiasaan kuliner di keluarga Sang Proklamator.

“Sangat biasa. Bung Karno menyukai tempe dan tahu bacem, empal, pecel, sayur lodeh. Bahkan gemar sekali makan nasi putih hanya dengan lauk telur dadar dan kecap. Sambal pecel dan kecap, didatangkan dari Blitar. Sampai sekarang, kecap Sie Wie Bo masih diproduksi. Itu cuma pabrik kecil, mungkin industri rumahan, tapi Bung Karno sangat suka,” papar Puti.

Soekarno pun sangat percaya alam Indonesia menyediakan keragaman makanan yang sangat kaya. Dia menyuruh terbitkan buku Mustika Rasa, yang menampung resep-resep masakan dari Sabang sampai Merauke.

“Buku ini sebetulnya tentang politik pangan kita. Tentang makanan pokok dari nasi sampai sagu, yang jika kita terapkan maka akan muncul ketahanan pangan untuk seluruh bangsa,” tandasnya.

Harus Bangga Makanan Indonesia

Pembicara berikutnya, Endang Sumitra yang sejak era kakeknya turun temurun menjadi staf di Istana Bogor menuturkan hal serupa. Selain sederhana, Bung Karno sangat membanggakan kuliner asli Indonesia.

Soekarno pernah tinggal di Paviliyun II Istana Bogor bersama salah satu istrinya Hartini. Di sana dia sering menerima dan menjamu tamu-tamu penting. Bahkan sekelas Duta Besar Amerika Serikat sekalipun pernah beraudiensi dengan Soekarno dan menikmati jamuan tanpa protokol resmi.

“Pernah ada cerita Bung Karno marah pada Dharma Wanita yang anggotanya banyak membanggakan makanan luar, karena dianggap lebih bergengsi. Bung Karno kepada tamu Istana selalu menyediakan makanan Nusantara,” tuturnya.

Bukan hanya menyuguhkan, tapi selalu ada cerita mengenai jajanan sederhana seperti kelepon, pisang goreng, umbi-umbian yang disuguhkan. Misal, Bung Karno selalu minta tamunya hati-hati saat mengunyah kelepon, agar gula merah cair di dalamnya tidak muncrat dan mengotori pakaian.

“Sajian kuliner bisa masuk dalam diplomasi. Bahkan tersirat, Bung Karno sering menggambarkan kekayaan alam serta tingkat kesejahteraan rakyatnya. Sajian kuliner rakyat jelata sekalipun layak dibawa ke meja Istana,” ucapnya.