SOLO, Metta NEWS – Sebuah film yang mengangkat kisah survivor kanker akan rilis di bioskop Tanah Air, pada Februari tahun depan atau bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia.
Kartu Pos Wini diadaptasi dari novel karya Ruwie Meyta dengan judul yang sama. Film produksi Sinemata ini mengangkat isu tentang penyakit kanker dan sisi-sisi kecil yang terkadang luput dari perhatian awam. Lewat Kartu Pos Wini, penonton diajak untuk mempunyai keinginan dan cita-cita yang tangguh tanpa putus asa.
Pada diskusi film dan kanker serta rilis teaser Kartu Pos Wini, di XXI Solo Square, Minggu (14/11) Penulis novel Ruwie Meyta menjelaskan film ini memberikan pesan untuk berharap bahkan pada hal-hal yang kecil.
“Sesuatu yang mungkin dianggap orang mustahil, apapun itu, harapan, impian sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang besar yang bisa dicapai saat seseorang itu percaya. Pasti bisa dicapai, bisa terjadi,” tandas Ruwie di hadapan para survivor kanker, relawan C3 (Childhood Cancer Care) dan komunitas relawan kanker lainnya.
Ruwie mengungkapkan, Sinemata Productions layak mengangkat cerita yang sangat humanis ini. Cerita relasi antar-manusia yang sebenarnya sederhana tapi sering kehilangan makna.
“Kadang ketidakpedulian melemahkan sifat-sifat kemanusiaan, ketidakpedulian terhadap penderita kanker, terhadap mereka yang berharap memperpanjang usia karena kanker, sering bukan menjadi problem mereka-mereka yang sehat jasmaninya,” tambah Ruwie.
Masih dalam tahap produksi, akan rilis pada Hari Kanker Sedunia 4 Februari 2022, film besutan Sutradara Tarmizi Abka yang diproduseri Aris Muda, Avesina Soebli ini bercerita tentang cewek milenial yang termakan idealism dan kekerasan hatinya. Termasuk terobsesi punya cita-cita sebagai staf kantor pos.
Perjumpaan dengan seorang anak penyandang leukemia, WINI, semakin menguatkan keinginannya menjadi penolong si anak. Makin intens drama kisah KPW ini ketika sahabat pena Ruth memberi hadiah kejutan, meluluskan proposal pengobatan ke Amsterdam, Belanda. Twist cerita Kartu Pos Wini tak terduga menjadikan, film ini menjadi kisah menarik.
Menjadi semakin menarik, selain isu tentang penyakit kanker, juga romans, kisah cinta Ruth dan Reza, sang sahabat pena.
Terpenting lagi adalah ada kisah penyintas yang bermodalkan surat untuk Tuhan sebagai kekuatannya untuk bertahan hidup. Nyatanya, keajaiban itu selalu ada.
Semua pertemuan dan kelindan cerita menjadikan Kartu Pos Wini, punya daya pikat cerita yang menarik, Cerita duka tapi kami tuturkan lebih cair, lebih ringan dan menghibur.
Penulis asal Yogyakarta ini kembali mengingatkan kita akan romansa surat menyurat, saling berkirim kartu pos lewat Kantor Pos dan bagaimana menariknya mempunyai sahabat pena. Frasa sahabat pena seakan ingin mengembalikan ingatan cerita masa lalu remaja-remaja era 1980-1990an.
Pada masanya, halaman sahabat pena ini pernah sangat popular. Bisa berkirim surat dan berkenalan dengan banyak sahabat sangatlah menyenangkan, apalagi sahabat luar negeri. Seperti Ruth dan Reza ini.
Diskusi film juga menghadirkan dr. Muhammad Riza, Sp. A (K) yang membagikan sharing pengalaman dalam menangani pasien kanker.
“Di dunia dan Indonesia penyakit kanker pada anak paling banyak adalah leukemia, menempati urutan nomor 1. Dalam satu bulan rata-rata menerima sekitar 3 hingga 4 pasien baru. Untuk leukimia ini memerlukan jangka waktu 2 tahun menjalani kemoterapi,” tutur dokter yang praktek di beberapa rumah sakit di Solo.
Lewat film ini, lanjut dr. riza, bisa mengajarkan harapan, semangat dan dukungan bagi penderita kanker khususnya anak-anak.
Sementara itu Penulis Skenario Kartu Pos Wini, Endik Koeswoyo menambahkan selain memberikan hiburan pada penonton, Kartu Pos Wini juga memberikan informasi tentang kanker tanpa harus berbentuk dalam brosur kesehatan.
“Kita ingin masyarakat kalau merasakan keluhan jangan mencari informasi di internet, jangan menduga-duga sendiri, datangi langsung dokter, atau puskesmas dan tanya langsung. Pesan lain yang ingin kita sampaikan adalah handphone dan internet yang digunakan anak tanpa bimbingan orang tua menjadi penyakit yang lebih mematikan daripada penyakit kanker sekalipun,” tandas Endik.
Kartu Pos Wini memberi kesadaran bahwa kepedulian, empati dan berbagi menjadi pengingat kesadaran kita bahwa ada yang lebih berharga dibanding memuaskan ego belaka.