SOLO, MettaNEWS – Aksi kolaborasi pajang poster dan pantomim sambut gamelan sebagai warisan budaya tak benda dari Unesco, Komunikotavisual gandeng seniman Pantomim dari Aceh, Rasyidin Wig Maroe perform di pelataran Pasar Gede Solo, Kamis (21/9/2022).
Perayaan ini ditujukan untuk mengajak masyarakat umum menikmati sajian karya seni rupa dan desain lewat sejumlah poster berukuran 60×90 cm karya Founder Komunikotavisual, Basnendar Herry Prilosadoso berpadu dengan perform pantomim dari seniman Aceh yang biasa disapa Wig.
“Tujuan utama adalah merayakan atau menyambut gamelan itu sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan tak benda. Kami menggabungkan antara karya seni rupa dan desain berupa poster dan juga pantomim,” ungkap Basnendar, Kamis (21/9/2022).
Basnendar menjelaskan, informasi gamelan yang telah mendapat sertifikat dari Unesco ini harus disampaikan pada masyarakat mengingat gamelan adalah “milik kita”.
“Lewat pantomim ini menurut kami secara teatrikal dan visual itu mudah diterima. Jadi pesannya mudah diterima, walaupun itu agak mikir sedikit karena gerakannya itu ada maknanya. Tapi paling tidak selain informasi juga menghibur. Kemudian yang terakhir mungkin cari event yang kreatif dan unik karna pantomim itu kan di panggung-panggung, di event tertentu. Nah kita coba dekatkan dengan masyarakat, juga kolaborasi dengan poster karena poster itu pesannya mudah diterima secara visual maupun teksnya,” papar Basnendar.

Dengan kekayaan warisan yang menjadi milik dunia ini, menurut Basnendar masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan mengembangkan agar tidak punah.
“Tapi dari endingnya berhasil, kita menunjukkan bahwa gamelan itu menjadi warisan milik dunia. Kita harus bangga dan punya konsekuensi untuk melestarikan,” terang Basnendar.
Seniman pantomim, Rasyidin Wig Maroe yang biasa disapa Wig menambahkan, gamelan bukan hanya milik orang tradisi tapi juga milik semua kalangan.
“Gamelan ini bisa di kolaborasi dengan apa aja, termasuk pantomim kemudian saya juga merespon jalanan gamelan ini bagaimana pasang surutnya, bagaimana diklaim oleh pihak luar negeri dan akhirnya kemudian dengan ada kasus itu pemerintah kita mulai peduli dan kemudian mencoba merespon lebih dalam lagi untuk bagaimana menyelamatkan aset budaya Indonesia sendiri. Ini salah satunya yang terbaru untuk gamelan, walaupun umurnya sudah tua kemudian baru disertifikasi oleh Unesco sekarang,” tambah Wig.