SOLO, MettaNEWS – Museum Radya Pustaka menggelar pameran imersifa mengusung tema “Sraddha” dengan menampilkan koleksi-koleksi kisah Panji.
Pameran Imersifa ini digelar dari tanggal 25 sampai 30 Juni 2024 mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Khusus hari Minggu (30/6) pameran akan dibuka mulai pukul 07.00 WIB.
Tiket masuk Museum Radya Pustaka dengan harga Rp 10.000 untuk umum, Rp 7.500 untuk pelajar dan Rp 5.000 khusus pelajar asal Solo.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Aryo Widyandoko menuturkan, Cerita Panji telah ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Dunia oleh Unesco pada 2023. Dari situlah pengelola Museum Radya Pustaka Solo terdorong untuk menuangkan kisah rakyat itu dalam pameran imersifa.
“Kami kenalkan kembali Cerita Panji dengan lebih modern dan familiar untuk generasi sekarang. Karena museum itu diam dan bisu, yang bercerita itu kita. Maka harus kita update ceritanya seperti perkembangan sekarang,” ujar Aryo di Museum Radya Pustaka Solo, seusai pembukaan pameran Sraddha, Selasa (25/6/2024).
Sraddha berasal dari singkatan nama 3 naskah Serat Panji. Yakni Panji Sekar, Panji Raras dan Panji Dhadhap. Ketiga naskah tersebut merupakan karya sastra pada masa pemerintahan Paku Buwana IV Keraton Kasunanan Surakarta. Sraddha dalam Bahasa Jawa Kawi memiliki arti kesetiaan, rela berkorban dan loyalitas. Dalam hal ini kisah-kisah Panji menggambarkan tentang arti sraddha tersebut.
Kepala UPTD Museum Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta yang membawahi Museum Radyapustaka, Bonita Rintyowati menjelaskan, pameran dalam bentuk imersifa. Yang menggunakan teknologi informasi dalam sebuah ruangan dimana seluruh dinding dan lantai diproyeksikan gambar gerak dan suara.
“Sehingga para pengunjung pameran dapat merasakan pengalaman yang menarik saat melihat pameran ini. Sedangkan gambar yang diproyeksikan merupakan hasil digitalisasi koleksi Museum Radyapustaka berupa naskah kuno, wayang beber, wayang gedhog, dan topeng panji,” kata Bonita usai pembukaan pameran, Selasa (26/6/2024).
Bonita mengatakan bahwa parneran Imersifa tersebut adalah pertama kali terselenggada di Kota Solo. Dan digelar di Museum tertua di Indonesia yakni Radyapustaka,
“Dengan pameran ini kami harapkan mampu menarik pengunjung terutama masyarakat kota Solo serta para pelajar yang saat ini masih dalam masa liburan sekolah,” ujarnya.
Bonita menargetkan, sebanyak 500 pengunjung menfunjunhi lokasi pameran setiap hari.
Selain pameran beberapa event juga digelar dalam rangka mendukung kegiatan tersebut. Seperti gelar gamelan dari anak-anak muda yang tergabung dalam Sanggar wiratama dan Tari Topeng Panji Gunungsari pada acara pembukaan. Workshop menggambar Wayang Beber pada tanggal 26 Juni, serta Fragmen Panji dalam acara Srawung Centhini pada tanggal 28 Juni.
“Semua kegiatan ini sebagai wujud bahwa koleksi museum tidak hanya dapat dilihat sebagai pajangan di lemari pajang. Akan tetapi koleksi juga mampu menjadi sebuah karya baru yang dapat dirasakan dan dipelajari oleh seluruh masyarakat,” pungkasnya.