JAKARTA, MettaNEWS – Dalam dunia medis tidak ada istilah masuk angin. Masuk angin merupakan kumpulan dari gejala seperti flu like syndrome atau dyspepsia . Gejalanya ditandai dengan angin yang masuk ke dalam tubuh sehingga tertimbun di perut dan tidak bisa keluar. Hal tersebut disampaikan dr. Fadli Ambara, MARS dalam livenya bersama Doodle Exclusive Baby Care beberapa waktu lalu.
Dirinya menambahkan ada berbagai macam penyebab dari masuk angin. Contohnya apabila bergejala flu like syndrome seperti demam, greges, batuk pilek yang penyebabnya virus, jika berat bisa menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Jika penyebabnya virus akan sembuh dengan sendirinya. Yang menjadi masalah adalah penanganan saat awal terjadi.
“Perbedaan masuk angin dengan penyakit lainnya. Sebuah kumpulan gejala atau dikenal dengan flu like syndrome atau dyspepsia merupakan rasa tidak nyaman di perut bisa berupa kembung bahkan munculnya nyeri bahkan rasa mual. Misalnya flu like syndrome penyebabnya murni flu diakibatkan virus atau memang ada penyakit lain seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) mulai dari rongga mulut, hidung sampai ke tenggorokan yang bisa menyebabkan demam, greges diakibatkan virus ataupun bakteri. Penyebab kembung bermacam-macam bisa dikarenakan intoleransi laktosa, makan terlalu cepat, lebih kearah jenis makanan yang dikonsumsi,” terang Dokter Fadli.
Dokter yang praktek di RS Sari Asih Karawaci ini mengungkapkan penyebab masuk angin atau kembung dikarenakan faktor makanan, misalnya saja banyak yang mengandung gas seperti ubi, kentang saat proses metabolisme menghasilkan gas. Anak gerakan peristaltiknya juga mungkin belum sebagus orang dewasa jadi kalau dewasa langsung buang angin sedangkan anak-anak tidak secepat itu. Kalau dari makanan salah satunya produksi dari hasil metabolisme makanan-makanan tertentu yang biasanya juga berasal dari laktosa yakni susu. Intoleransi dari laktosa yang biasanya ada di susu selain membuat mencret juga membuat gas sehingga menjadi kembung dan diare.
“Sedangkan karena cuaca dingin apakah menjadi pemicu kembung? Ada yang alergi terhadap dingin sehingga yang memicu reaksi alergi. Muncul meler hidungnya, bersin-bersin, seperti ciri-ciri flu like syndrome padahal munculnya karena suhu dinginnya. Sehingga perlu dicari gejala dominannya apa dan sudah berapa lama? Sehingga bisa dilakukan terapi-terapi yang perlu dilakukan kedepannya,”ungkapnya lagi.
Lebih lanjut, lelaki yang berprofesi sebagai dokter ini mengutarakan kerokan apakah aman untuk anak? Berbicara pada dewasa, ada beberapa jurnal mengatakan bahwa kerokan merupakan scraping therapy. Ketika dikerok ada hormon-hormon tertentu yang menyebabkan reaksi mensupresi setelah dikerok seolah-olah lebih enak. Hanya saja terkadang orang awam salah ketika dikerok kemudian tidak jadi merah. Justru reaksi merah ini merupakan reaksi inflamasi pada kulit. Kulit orang dewasa lebih tebal pada saat scraping therapy otomatis akan menimbulkan lecet. Sedangkan pada anak kulit lebih tipis dan lebih sensitive jadi sangat tidak disarankan kerokan pada anak.
“Karena kerokan ini bisa menimbulkan gejala peradangan pada kulit anak, menimbulkan reaksi alergi, dan nyeri. Ketika sudah timbul luka akibat kerokan, dimana luka tersebut tidak bisa dilihat tetapi luka yang kasat mata atau disebut dengan istilah mikrolesi sehingga kuman bisa masuk yang menyebabkan infeksi. Iritasi itu ringan, setelah dikerok dan iritasi ringan kemudian dioleskan minyak telon atau kayu putih akan semakin parah. Sebaiknya jika masih bayi atau anak-anak dilakukan massage lembut yang harus dilakukan pelatihan secara khusus terutama untuk anak dibawah 1 tahun,”jelasnya.
Dalam wawancaranya bersama Doodle Exclusive Baby Care, lelaki bernama lengkap Fadli Ambara ini mengatakan sebelum melakukan pengobatan kepada anak untuk mengatasi masuk angin, terlebih dahulu mencari apa penyebabnya? Untuk anak berusia dibawah 2 tahun, berikan Air Susu Ibu (ASI) sebanyak mungkin. Ketika anak mengalami suhu tinggi salah satu obat untuk menguranginya adalah dengan mengkomsumsi air putih atau cairan sebanyak mungkin. Kemudian pilihlah makanan yang jangan mengandung gas sehingga akan memperparah kembung atau masuk anginnya.
“Flu like syndrome penyebabnya adalah virus, self limiting disease dimana akan sembuh dengan sendirinya sesuai dengan kekebalan tubuh. Berikan anak vitamin D3, yang mampu memberikan efek meningkatkan imunitas, memperbaiki enzim juga untuk kesehatan tulang. Artinya tidak hanya mengandalkan vitamin saja tetapi juga memperhatikan nutrisi anak melalui makanan dan minuman,” tutur lelaki berkacamata ini.
Dokter yang berpraktek disalah satu Rumah Sakit di kawasanTangerang ini menerangkan pada anak kulitnya lebih sensitive pilihlah minyak telon dan minyak kayu putih sifatnya iritatif. Saat ini juga banyak sekali balsem anak, sesuaikan dengan usia anak dan bayi. Balsem untuk bayi bahan pembawanya lebih banyak kandungan moisturizer sehingga tidak iritatif. Kembali lagi sesuatu yang dioles ataupun menempel adanya reaksi alergi ataupun iritasi. Balsem ini boleh dioleskan sebagai bantuan awal saat anak kembung atau masuk angin.
Diakhir perbincangannya, dr. Fadli Ambara, MARS berpesan bahwa masuk angin tidak ada, selain itu orangtua diperbolehkan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan gejala yang sedang dialami bayi atau anak. Jika gejala-gejala tersebut terjadi sudah lebih dari 3×24 jam segeralah berkonsultasi dengan dokter atau fasilitas kesehatan lainnya.