SOLO, MettaNEWS – Meskipun masih dini, bayi bisa mengalami dehidrasi. Setiap bayi membutuhkan cairan yang sesuai dengan usia, berat badan, jenis kelamin dan kondisi pada saat itu. Misalnya saat ini kondisi suhu dalam keadaan panas dengan sendirinya bayi akan banyak keringat. Hal tersebut disampaikan dr. Pongky Suryotriwati, Sp.A saat berbincang bersama Doodle Exclusive Baby Care beberapa waktu lalu.
Disampaikan Dokter Pongky, bahwa yang namanya dehidrasi, kekurangan cairan bisa disebabkan dari mana saja. Seperti berkeringat, air mata, buang air besar (BAB), pipis atau buang air kecil itu semua mengeluarkan cairan. Untuk itu, yang perlu diperhatikan cairan yang masuk dan cairan yang keluar supaya tidak terjadi dehidrasi.
Dokter yang berpraktek di Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru ini mengatakan untuk bayi baru lahir yang mengalami dehidrasi bisa disebabkan kurangnya Air Susu Ibu (ASI). Kurangnya ASI sendiri bisa dikarenakan beberapa masalah diantaranya gagalnya inisiasi menyusui dini (IMD). Sehingga ASI tidak segera keluar pada saat-saat jam pertama bayi dilahirkan. Kemudian karena faktor gagalnya proses menyusui bayi yaitu ASI tidak segera keluar, bayi tidak mau menyusu, atau perlekatan kearah putting juga kurang bagus misalnya putingnya datar ataupun malah masuk kedalam.
“Sehingga bayi yang seharusnya pada hari pertama membutuhkan 7 mililiter atau 1 sendok teh ASI saja mungkin kurang cukup. Hari kedua bayi membutuhkan 14 mililiter, hari ketiga sudah lebih meningkat untuk kebutuhan ASI yakni membutuhkan 35 mililiter, hari keempat membutuhkan 58 mililiter dan hari selanjutnya semakin banyak membutuhkan ASI. Pada umumnya setiap bayi meminta dengan tanda menangis, bergerak-gerak sebagai tanda kehausan. Tidak harus 2 jam sekali sesuai dengan kebutuhan bayi supaya tidak terjadi dehidrasi. Bayi yang berat badan turun itu merupakan hal yang normal karena keringat, air mata yang keluar tidak akan melebihi 10% dari berat lahirnya. Kalau lebih dari 10% dari berat lahirnya dikatakan bayi mengalami dehidrasi,” bebernya.
Dokter Spesialis Anak ini mengutarakan gejala dehidrasi pada bayi selain berkurangnya berat badan diantaranya bayi memiliki ubun-ubun besar yang masih bisa ditekan dan empuk ada tulang tengkorak. Pada bayi yang mengalami dehidrasi ubun-ubun besar akan cekung. Dimana tulang lebih cekung dari tulang yang sekitarnya, normalnya datar sama seperti tulang sekitarnya. Kemudian ciri lain dari bayi yang mengalami dehidrasi yakni kelopak mata lebih cekung dari sebelumnya.
“Ciri lainnya adalah bayi menangis tidak mengeluarkan airmata, bibir kering, lidah kering dan air liur berkurang. Nafas lebih cepat dari biasanya kalau menuju kearah dehidrasi sedang. Mencubit perut sedikit, normalnya akan kembali lagi dalam waktu kurang dari dua detik kalau terlihat lambat kembalinya berarti mengalami dehidrasi,” tambahnya.
Dalam wawancaranya bersama Doodle Exclusive Baby Care, Dokter yang berdomisili di Solobaru tersebut mengungkapkan jika bayi yang mengalami dehidrasi pipisnya berkurang. Lebih dari 5 hari biasanya pipis lebih dari 6 kali dalam sehari. Popok kering lebih dari 6 jam berarti waspada dehidrasi. Kemudian saat buang air besar pada hari kelima sudah harus warna kuning sudah tidak hitam lagi.
“Karena bayi yang baru lahir BAB berwarna hitam karena mengandung mekonium. Peralihan hari kedua hingga kelima pub berwarna hitam campur kuning. Setelah hari kelima, kalau ASI nya bagus memenuhi kebutuhan cairan bayi pup menjadi kuning seperti biasanya. Bayi yang mengalami dehidrasi berat, saat dipegang ujung-ujung tangan dan kaki menjadi dingin,” jelas dokter Pongky.
Yang perlu dilakukan jika bayi mengalami dehidrasi apabila bayi tidak mau menghisap ASI, pumping ASI kemudian dengan dot atau sendok masukan kevmulut bayi sambil dipangku jangan sambil tiduran menghindari anak tersedak. Bisa juga menggunakan pipet teteskan secara perlahan sampai kebutuhan bayi tercukupi. Bagaimana tahu bayi tercukupi cairan saat dehidrasi? Bayi tidak rewel lagi, pipisnya keluar, kemudian saat menangis air tidak keluar. Alternatif selanjutnya memberikan ASI donor yang usianya hampir sama tidak lebih dari 2 bulan dengan bayi yang mengalami dehidrasi.
“Memberikan susu formula merupakan alternatif paling terakhir. Tetapi saat memberikan susu formula konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, karena ada bayi yang alergi susu sapi. Bukannya sembuh malah semakin diare karena tidak cocok dengan susu yang dikonsumsi,” tegasnya.
Disisi lain, berbeda dengan bayi sudah berusia 6 bulan, berikan bayi cairan oralit untuk mengatasi dehidrasi ada yang khusus untuk bayi 0 sampai 1 tahun ada formula tersendiri. Diminum semau anak, lebih banyak lebih baik. Jika bayi yang mengalami dehidrasi sedang hingga berat sudah indikasi kearah rawat inap supaya diberikan cairan melalui infus selain dengan oralit.
“Karena ketika dehidrasi, cairan yang keluar tidak hanya air tetapi juga eritrolit, kalium, natrium, kalsium yang semuanya penting untuk pertumbuhan bayi. Sehingga harus diganti segera jangan sampai menjadi dehidrasi berat. Kalau sudah dehidrasi berat bukan hanya penangananya sulit, juga komplikasinya lebih berat,” tutur wanita yang suaminya juga berprofesi sebagai dokter.
Faktor penyebab bayi mengalami dehidrasi selain asupannya yang kurang diantaranya sariawan, gigi tumbuh, radang tenggorokan. Juga diare karena susu sapi, diare karena ibu mengkonsumsi susu sapi, bayi mengkonsumsi susu formula, muntah. Bisa juga kepanasan karena bayi dibedong padahal suhu dalam keadaan tinggi membuat bayi menjadi berkeringat kemudian pemasukan dan pengeluaran cairan tidak sesuai.
“Kenali tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak dimana penyebabnya banyak seperti bakteri, virus, suhu yang tinggi, kemudian karena tumbuh gigi. Waspadai dehidrasi berat karena bisa menyebabkan kematian disebabkan penanganannya yang terlambat,” pungkasnya.